Sumiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Bunga  Part 2

Catatan Bunga Part 2

Tantangan Hari ke-81#Tantangan Gurusiana

. Catatan Bunga ( bagian 2)

Jam digital di atas meja menunjukkan pukul 11.30. Seruni tak lagi mendengar suara bel. Ia mencoba untuk kembali menguatkan diri dan berjalan mengendap-endap menuju jendela. Ia berusaha mengintip apa yang sedang terjadi di luar sana. Jalanan di depan rumahnya kembali sepi, mobil pengangkut barang yang tadinya terparkir manis menutupi seperempat jalan kini telah lenyap ditelan waktu. Rumah-rumah lainnya juga terlihat sunyi dan tak berpenghuni, hanya rumah di seberang rumahnya saja yang terlihat begitu sibuk, walau tak sesibuk tadi pagi. Ia kembali teringat dengan bel yang tadi berbunyi. ‘Apakah tetangga baru itu yang tadi pagi mengunjungi rumahku?” pikir Seruni. Seruni berusaha untuk tidak memikirkannya dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

Segera ia buka kembali layar laptop dan menghidupkannya. Kembali ia buka file-file yang kemarin ia buat, membacanya perlahan, mengedit kata-kata yang kurang atau salah, kemudian browsing web yang sering ia kunjungi untuk sekadar membaca atau mengirimkan tulisannya. Kali ini ia akan mengirimkan beberapa karyanya di web-web itu. Namun ia tidak begitu berkonsentrasi, entah apa yang sedang ia pikirkan.

Kedua manik indah kecoklatan yang nampak resah sedari tadi itu kembali beralih pada jam digital di dekatnya, begitu lama ia melakukan pekerjaannya hingga kini hari mulai merangkak senja. Kemudian ia bangkit, membuka pintu kamarnya sedikit dan mengecek keadaan sekitar. Lalu menjulurkan tangannya untuk mengambil mangkuk berisi nasi dan sup yang telah dingin. Ia lupa kalau ia belum makan sejak pagi tadi. Setelah supnya tandas dengan waktu yang cukup singkat, ia menaruh kembali mangkuk kosong itu di depan pintu kamarnya, kemudian meraba-raba dan ia mendapati sebotol penuh air dan beberapa bungkus makanan ringan yang tadi ia minta kepada ibunya, menariknya masuk dan segera menutup pintu kamarnya.

****

“Seruni?” sebuah suara memanggil Seruni yang tengah sibuk dengan ide-ide gila untuk cerita barunya. Seruni menatap malas pintu kayu yang berhadapan langsung dengannya, pintu kayu tak bersalah itu bergeming di tempat. “Ibu sudah membuatkan makan malam. Makanlah sebelum dingin! Ah ya, Ibu menemukan sesuatu di pintu depan, mungkin itu untukmu,” lanjut suara itu. Lalu hilang bersama dengan derap langkah kaki yang menjauh dari kamar Seruni.

Seruni tak mempedulikannya dan kembali pada layar datar di depannya. Ia benar-benar sibuk sekarang, ide-ide gila itu benar-benar membuatnya gila. Dengan cekatan ia menekan keyboard laptopnya hingga membentuk beribu-ribu kata indah namun tegas untuk memperkuat penokohan, alur, dan suasana cerita. Kali ini kembali ia menulis cerita ber-genre hurt dan angst. Tulisannya mengalir begitu saja, hingga akhirnya ia berhenti karena kehabisan kata-kata dan mengharuskannya mencari kata-kata dan inspirasi baru. Ia merampas botol kecil berisi air di dekatnya dan meneguknya kasar. Seruni merasa kesal karena belum bisa menyelesikan ceritanya dalam sekali tulis. Ia meremas geram botol yang telah kosong di tangannya lalu melemparkannya asal ke dalam kotak sampah.

Seruni merasa masih haus, lalu matanya kembali bergulir ke pintu kayu yang sejenak ia abaikan. Tak ada pilihan lain, ia kembali mendekati pintu itu dan membuka sedikit celah agar ia bisa mengambil air yang selalu ibunya siapkan bersama makan malam dan makan pagi. Ia meraba-raba lantai di depan pintu, namun yang ia dapati sesuatu bertekstur halus dan tipis serta bergerombol. Seruni terperanjat dan segera menarik tangannya. ‘Apa yang baru saja kusentuh?’ tanyanya dalam hati. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu lebih lebar, toh, ibunya sudah terlelap tidur di kamar beliau. Dalam kegelapan ruang tengah, ia melihat piring berisi makanan, sebotol kecil air, dan sesuatu berwarna kuning yang terbungkus plastik bening cemerlang. Ia menariknya mendekat dan membawanya ke bawah sinar lampu. Sebuket bunga mawar kuning dengan sebuah kertas note bertuliskan pesan. Seruni menatap bunga di tangannya lama seakan merasa asing dengan benda itu, namun pada akhirnya ia mendekatkan bunga itu ke hidungnya dan menyesap aroma mewangi bunga yang mulai layu itu dalam-dalam..

“Yellow Rose- Salam kenal!”

***

Seruni mengernyit bingung ketika mendapati sesuatu di ambang jendela kamarnya yang terbuka. Seingatnya ia tak menemukan apapun saat beberapa menit yang lalu ia membuka jendela itu lebar-lebar, namun baru saja ia tinggal untuk pergi mandi di kamar mandi kecil di pojok kamarnya kini ia telah menemukan sebuket bunga berwarna putih di sana. Ia mendekati bunga itu sambil mengusap-usapkan handuk ke kepalanya yang masih basah. Sejenak ia terdiam dan menoleh ke luar jendela, mencari-cari sosok yang telah menaruh bunga itu di sana. Namun ia tak mendapati siapapun di sana, bahkan jalanan yang berhadapan langsung dengan jendelanya masih tampak lenggang.

Kini matanya beralih pada bunga putih yang nampak berbeda dengan bunga yang ia temukan semalam. Segera ia mengambil kertas note yang di selipkan diantara bunga-bunga yang nampak masih sangat segar itu. “White Mawar- Keindahan. Semoga harimu seindah bunga Mawar ini ^_^ -A.” Manik kembar Seruni bergerak-gerak menatap kertas dan bunga itu bergantian, seperti sedang berfikir. ‘Apakah pengirimnya sama seperti kemarin?’

Namun pada akhirnya ia membawa masuk bunga itu dan menatanya di dalam botol kecil berisi air, kemudian meletakkannya di samping bunga mawar kuning yang ia letakkan di atas meja yang berhadapan langsung dengan jendela agar mereka mendapatkan sinar matahari yang cukup.

****

Seruni menatap bunga Mawar yang kini tampak bersinar setelah ia rangkai sebegitu rupa di dalam botol berisi air. Tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya terangkat manis. Senyum tipis itu terus menghiasi bibirnya ketika ia mulai beranjak menuju meja kerjanya.

Sejak kejadian beberapa minggu yang lalu, Seruni selalu mendapatkan bunga beserta note kecil yang setiap hari diletakkan di depan jendela kamarnya. Awalnya Seruni merasa was-was akan pemberian itu, takut jika seseorang yang kini tengah menyembunyikan dirinya di balik setiap bunga cantik nan segar itu adalah seseorang yang bermaksud jahat padanya. Namun pada akhirnya Seruni menikmati kiriman demi kiriman bunga itu, toh, mana ada orang jahat yang bersembunyi di balik bunga yang begitu agung melambangkan berbagai perasaan sang pengirim bunga.

Seruni sempat bingung di mana ia harus meletakkan botol-botol berisi bunga yang kini menumpuk di atas mejanya, sampai pada akhirnya ia meminta kepada ibu untuk menyediakan sebotol air mineral berukuran besar setiap hari dan tali yang cukup kuat. Sekarang setiap ia membuka jendela-jendela kamarnya, bunga-bunga yang tergantung di sekitar jendelanya bergerak-gerak kecil tertiup angin pagi bagai melambangkan bahwa mereka begitu menyukai sinar matahari pagi yang menerobos ke segala arah melalui kaca-kaca dan sudut-sudut jendela.

Kini Seruni kembali sibuk dengan segala urusannya. Sesungguhnya Seruni tidak suka berinteraksi dengan siapapun dan di manapun, baik itu di dunia nyata maupun dunia maya yang kini begitu populer digembar-gemborkan. Menurutnya manusia selalu menilai manusia lainnya dari bagaimana orang lain terlihat dan tatakramanya. Kedua hal itu begitu krusial dalam kehidupan manusia. Sedangkan Seruni, ia tidak tahu bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan orang lain. Seruni bukan seseorang yang mempunyai rasa simpati dan empati yang tinggi. Terkadang ia berfikir, jika sang pengirim bunga muncul di hadapannya, apakah yang akan ia lakukan? Menyapanyakah? Diam saja? Atau bersembunyikah? Ah Seruni teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu saat hujan tengah sibuk mengguyur negeri dan saat itu pula ia nyaris tahu siapa pengirim bunga itu.

Mungkin ia memang penasaran dengan sosok yang terus bersembunyi di balik kelopak-kelopak bunga yang dikirimkan setiap hari, namun apapun yang ia rasakan, rasa takut dan trauma lebih kuat dari rasa penasaran itu. Takut jika sosok itu ternyata orang jahat. Takut jika nanti sosok itu tak lagi mengirimkannya bunga. Takut jika sosok itu menyapanya, lalu menginginkan hal lebih seperti mengajaknya berbicara atau keluar dari kamarnya. Ia takut semua itu. Maka dari itu ia lebih memilih untuk tetap seperti ini. Membiarkan seseorang di luar sana bersikap baik secara tidak langsung dan menyampaikan apa yang ia rasakan kepada Seruni melalui setiap rangkaian bunga yang ia kirimkan. Biarlah tetap seperti ini.

“Sunflower- Aku Selalu Memandangimu. –A”

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Woww..mantap masih misteri siapakah pengirim bunga...

17 Apr
Balas

Siapakah yg mengirimkan bunga? penasaran

17 Apr
Balas

Wooow...siapakah pengirim bunga misterius...

17 Apr
Balas

Keduanya misterius. Seruni dan si pengirim bunga. Siapakah mereka? Masih bersambung k bu?

17 Apr
Balas

Pndai rupe muat nok misterius. Kan panjang nampak e urusan e. Mantap nek sumi eh busu mi

17 Apr
Balas



search

New Post