Sumiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Bunga Part 3

Catatan Bunga Part 3

Tantangan Hari ke-82#Tantangan Gurusiana

Sejak beberapa menit yang lalu Seruni terus memandangi secarik kertas dengan sebuket bunga mawar biru di tangan.

“Blue Rose- Misterius. Aku membuka sebuah website yang pernah kau baca, yah secara tidak sengaja ketika aku mengalihkan pandanganku pada jendela kamarmu, laman website itu tertangkap kedua manik ini. Aku juga seorang pembaca setia di sana. Dari sana pula aku mengenal seorang penulis yang selalu menyebut dirinya dengan S Writer. Satu hal yang ingin kutanyakan sebagai pembaca setiamu, mengapa setiap ceritamu selalu berakhir dengan tragis dan kesedihan? Tidak pernah mencoba Happy Ending-kah? –A P.S: Nampaknya kita cocok, S untuk Secret dan A untuk Admirer. Secret Admirer.

Seruni menatap note itu lama. Memelototi dua kata yang asing baginya. “Happy Ending’” Kata yang begitu ajaib hingga Seruni membacanya terus berulang-ulang. Ia memutar kembali memori dalam ingatannya. Kapan terakhir kali ia mendengar atau membaca kata ini? Sudah begitu lamakah hingga ia tak bisa mengingatnya? Sebegitu penasarannya hingga ia segera menyambar laptop yang sejak tadi tergeletak dalam keadaan hidup di atas meja. Dengan cepat ia mengetikkan alamat website yang telah ia hapal di luar kepala. Setelah terbuka, matanya bergerak-gerak tak sabar membaca setiap genre dari ratusan bahkan ribuan cerita yang tersedia di halaman website itu, hingga ia menemukan apa yang ia cari. Segera setelah cerita itu terbuka, matanya dengan cekatan membaca setiap kata yang tersusun apik menjadi sebuah cerita yang begitu mengagumkan. Tidak sampai 5 menit, Seruni telah selesai membaca karya yang begitu menyentuh hatinya.

Matanya kini menerawang jauh menatap langit-langit kamar. ‘Happy ending? Berakhir bahagia? Haruskah aku mulai membuat cerita seperti itu? Tapi bukankah aku tidak pernah membuatnya? Haruskah aku mencobanya?’ Kini di pikiran Seruni mulai bermunculan pertanyaan semacam itu. “Argh!” gumaman pelannya terdengar gusar sambil mengacak-acak rambut hitam bergelombang miliknya. Ia mengantukkan kepala pada meja di depannya dengan pelan, lalu membaringkan kepalanya sebentar di atas meja.

“Seruni! Apakah ada yang kamu butuhkan?” tanya seorang wanita separuh baya yang baru saja menaruh sebuah nampan berisi sup dan sebotol besar air mineral di depan sebuah pintu kayu tua, seperti yang ia lakukan setiap harinya.

Hening, tak ada jawab. ‘Mungkin ia tidak membutuhkan sesuatu. Lebih baik aku pergi sekarang agar ia bisa segera melahap makanannya tanpa gangguanku.’ Pikirnya pasrah dan mulai beranjak pergi.

“Kriieettt....” engsel pintu berbunyi nyaring di tengah keheningan pagi, membuat setiap insan yang mendengarnya tersedot akan irama nyaring sehingga menaruh seluruh perhatiannya pada pintu kayu tak bersalah itu. Sebuah wajah nampak di tengah-tengah pintu yang kini terbuka separuh. Paras bening dengan mata coklat cemerlang menatap lurus kearah wanita yang tiga tahun terakhir ini tak pernah dilihatnya. Sebaliknya, wanita itu menatap sosok sempurna yang kini mengedarkan pandangannya ke setiap pelosok rumah. Tak puas-puasnya ia menatap sosok yang begitu ia rindukan tiga tahun belakangan bagai seseorang di depannya akan segera lenyap bersama detik demi detik yang berlalu.

Seruni hanya diam melihat tatapan ibunya. Sadar bahwa tatapan rindunya mengintimidasi sang anak, Ibu Seruni mengalihkan pandangannya pada sesuatu yang sedari tadi Seruni genggam.

“Ada apa?” tanya sang ibu setengah mati berusaha menahan keinginannya untuk memeluk sosok mungil berbalut long dress nuansa peach di depannya.

Seruni menatap benda di tangannya dan sang ibu bergantian, berusaha membunuh keraguan yang menghantui sejak tadi. Kemudian ia memejamkan mata, menarik nafas, dan menatap ibunya mantap. “Bisakah....”

****

Seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari gerbang dengan mobilnya, namun tak lama kemudian ia menghentikan deru mesinnya dan keluar. Ia melangkahkan kaki berbalut celana panjang khas seragam kantor menuju sebuah rumah di seberang kediamannya. Ketukan sepatu kerjanya yang berirama menginterupsi seseorang di balik etalase kaca bertuliskan ‘Sun Florist’.

“Krinciiingg....” lonceng di pintu masuk berbunyi, pertanda seseorang telah memasuki ruangan itu.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya sang pemilik toko melirik sejenak pelanggannya tanpa mengalihkan fokus pada sebuket rangkaian bunga yang hampir jadi.

“Ya, saya ingin membeli.... Kau!”

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yg penuh misteri, butuh kesabaran utk mengikuti alur ceritanya, mantap bu

18 Apr
Balas

Hm bahasanya keren, tapi karena tidaj mengijuti dari part 1, jadi agak bingung meraba akur ceritanya. Sukses sehat dan bahagia selalu bersama keluarga tercinta bu. Barokallah.

19 Apr
Balas

Pnh misteri. Keren.

18 Apr
Balas

Konsentrasi ekstra aku ngikutelk alur e. Tapi bagus. Penuh misteri. Aku ngeliat ade gaya khas dalam tulisan ini. Lanjut

18 Apr
Balas



search

New Post