Sumiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mudik

Mudik

Tantangan Hari ke 86# Tantangan Gurusiana

Mudik

Bulan Ramadhan akan datang tinggal satu hari lagi, dan kita umat Islam akan melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya Idulfitri. Mendengar kata lebaran pasti identik dengan mudik atau pulang kampung bertemu keluarga bersilahturahmi dengan keluarga dan sanak saudara, saling bermaaf-maafan dan melepas rindu setahun sekali. Mudik adalah salah satu budaya orang Indonesia pulang kampung saat hari raya atau tahun baru. Tetapi tahun ini pemerintah mengeluarkan peraturan larangan mudik lebaran imbas dari upaya mencegah penyebaran covid 19 tidak semangkin meluas.

Berbicara tentang mudik, aku teringat ketika masih kuliah di Bandung dahulu. Memasuki bulan puasa kami sibuk mencari informasi tentang kapal gratis untuk mahasiswa pulang kampung. Biasanya naik kapal perang. Lumayan kan bisa menghemat uang.

Suatu ketika tahun 1992 aku dan dua temanku ketinggalan informasi sehingga tidak bisa mendaftar kapal gratis. Lebaranpun tinggal lima hari lagi, mau naik pesawat kasihan sama orangtua. Akhirnya kami nekat ke Jakarta ke asrama mahasiswa Belitong, kami minta tolong dengan mahasiswa disana untuk mengecek kapal barang siapa tahu ada yang berangkat ke Belitong. Sore itu kami pergi ke Sunda kelapa berkeliling mencari info kapal yang akan ke Belitong dan Alhamdulilah ada yang akan berangkat. Kami merayu kapten kapal tersebut supaya kami bisa diajak. Dan beruntunglah kami diajak dengan bayaran Rp 20.000,-

Sebelum berangkat kami belanja oleh-oleh dan persiapan makanan dikapal karena kami akan mengarungi lautan selama dua hari dua malam. Kata teman-teman beli buah-buahan biar tidak mabuk dan jangan lupa beli buku TTS (Teka-Teki Silang) serta gaple.

Dari sore kami sudah di dalam kapal dan mencari lokasi untuk duduk dan tidur dengan nyaman.karena kapal barang jadi penuh dengan barang-barang, bagian bawah berisi barang-barang bangunan dan bagian atas berisi sembako. Dan kami dapat lokasi disudut dekat barang-barang sembako. Ternyata bukan kami saja yang menumpang kapal barang tersebut, ada mahasiswa dari Jogya, dan Jakarta. Di hitung-hitung semuanya ada 20 orang.

Kapal berangkat jam 20.00 wib, kami senang dan bersiap-siap untuk tidur karena dari sore sibuk ngobrol dan mondar-mandir keliling kapal. Tetapi tiba-tiba kami disuruh sembunyi oleh kru kapal, dan kami digiring untuk masuk kedalam mesin kapal bertumpuk disitu sampai polisi pelabuhan (syahbandae) selesai memeriksa kapal. Cukup lama juga kami bersembunyi dengan suasana mencekam, tidak satu oangpun yang berbicara, bau solar yang menyengat, suara mesin yang melengking, suasana yang panas dari mesin dan orang berhimpitan tak bisa bergerak, kakiku terasa kaku rasanya.

Dua hari dua malam kami habiskan waktu dengan mengisi teka-teki silang, kalau bosan main gaple yang kalah di bedaki sampai seperti badut. Kadang-kadang aku ke atasa geladak melihat air laut yang terbentang luas tanpa batas, berdoa supaya bisa melihat ikan lumba-lumba. Yang menyeramkan ketika hari hujan dan ada kilat yang membelah lautan, gelombang air laut yang kuat membuat kapal bergoyang-goyang . tempat kami duduk jadi basah akhirnya kami masuk keruang dalam yang sempit dan bertumpuk lagi.

Ketika sore melihat matahari tenggelam kedasar laut, indah sekali, dan malam hari memandang bintang-bintang berkelap-kelip sambil menerka-nerka bentuk rasi bintang atau supaya cepat tidur kami menghitung bintang tersebut sampai lelah dan mata terpejam.

Hari kedua sore hari sudah nampak gugusan pulau-pulau kecil, kami bersorak-sorak senang, karena tidak lama lagi kami akan sampai. Kawanku bertanya apa nama pulau yang ada depan itu, aku jawab pulau Selat Nasik, kalau yang di ujung sana, mungkin pulau Gual kataku lagi, kalau di sebelah kiri kita ini? Aku berpikir tetapi tidak tahu pulau apa itu akhirnya aku jawab pulau Indonesia. Mereka yang mendengar jawabanku tertawa.

Alhamdulilah kapal merapat jam 21.00 wib. Di masjid –masjid sudah terdengar suara takbir berkumandang dan besok kami bisa sholat Idulfitri bersama Bapak, Umak dan adek-adek tersayang.

Belitung , 22 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kenangan ttg mudik naik kpl laut tdk bs dilupakan semua suka dan duka bercampur jd satu

22 Apr
Balas

He, he, he, auuk, masih terbayang du mata

22 Apr

Wow, mudik yang penuh perjuangan yah Bund. Aku pernah ke Bangka. Saat pulang naik Rinjani 18 jam Bund. Tidak dapat kamar, jadi aku tak tidur, di atas kapal, malam hari asyik lihat lumba lumba di sisi kapal. Sukses selalu dan barakallahu fiik

22 Apr
Balas

Tulis dong ceritanya, pasti seru, sukses juga buat bunda Siti.

22 Apr

Sekarang se la dak gik Kuang mudik.kik

22 Apr
Balas

Auuk, neh, ngasin yeh

22 Apr

Kitu la mudik ala mahasiswa. Karne la ngerase mabok laut, slma kulia kamek jarang mudik.

22 Apr
Balas

Iye, ke? Betah yeh, de Jogya, jarang mudik.

22 Apr

Kenangan yang mengesankan walau sengasara tapi membawa nikmat

22 Apr
Balas

Alhamdulilah, Pak. Makasih

22 Apr



search

New Post