Sumintarsih

Mengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto...

Selengkapnya
Navigasi Web
Batasi Penggunaan Plastik

Batasi Penggunaan Plastik

Berita terdamparnya seekor ikan paus jenis paus sperma pada Senin, 19 November 2018 di perairan Pulau Kapota Taman Nasional Wakatobi sungguh sangat menghenyakkan. Paus ini ditemukan sudah mati dan membusuk. Kalau masalah paus terdampar adalah tidak seberapa mengagetkan karena beberapa kali kita mendengar berita itu. Namun, setelah mengetahui kabar isi dalam perut paus tersebut yang harusnyanya membuat kita merenung.

Sampah di dalam perut ikan paus tersebut terdiri atas sampah gelas plastik 750 gram (115 buah), plastik keras 140 gram (19 buah), botol plastik 150 gram (4 buah), kantong plastik 260 gram (25 buah), serpihan kayu 740 gram (6 potong), sandal jepit 270 gram (2 buah), karung nilon 200 gram (1 potong), tali rafia 3.260 gram (lebih dari 1000 potong). (1) Sampah-sampah itu, total 5,9 kg, tentunya kiriman dari darat yang akhirnya menganggu kehidupan makhluk di laut.

Sebuah sumber memberitakan Saleh Hanan, aktivis dari Yayasan Lestari Alam Wakatobi, memperkirakan penyebab kematian paus itu karena sampah plastik. Sebab, sampah plastik tak bisa dicerna oleh perut paus.(2)

Banyaknya sampah di lautan sangat memprihatinkan. Sebuah media mengabarkan bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut.(3)

Rapor buruk yang sebenarnya memalukan. Rupanya berita semacam ini tidak mampu menghebohkan perhatian masyarakat Indonesia dibanding berita lain seputar hobi atau politik. Hal ini pertanda bahwa kepedulian masyarakat Indonesia sangat kecil terhadap pelesarian lingkungan.

Berbagai upaya pengurangan plastik telah digaungkan. Seperti yang disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam sambutannya saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2018 di Jakarta, Rabu (05/06/2018). Dalam peningkatan kelestarian alam, Menteri Siti Nurbaya mengupayakan adanya 3R (Reduce, Reuse, Recycle atau pembatasan, guna ulang, dan daur ulang) dan perlunya upaya kerja sama antara pemerintah atau Pemda dengan masyarakat serta pelaku usaha dalam pengendalian sampah plastik. (4)

Upaya dan ajakan-ajakan itu tidak mempan mengubah kebiasaan hidup masyarakat (khususnya pada R pertama, Reduse) yang selalu menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-sehari, khususnya yang berhubungan dengan makanan dan belanja. Didukung maraknya dunia perkulineran dan bisnis pada umumnya, menjadikan produsen plastik semakin kreatif. Aneka macam produk plastik seperti piring, gelas, sendok, kemasan, antaran, dan lain-lain semakin memanjakan pegiat kuliner berkreasi. Sekarang ini, mau mencari wadah bentuk dan untuk keperluan apapun, tersedia di pasaran. Praktis memang, tetapi polusi lingkungan tidak terelakkan.

Dari sebuah media, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.(3)

Perlu kita sadari bahwa terkotorinya lingkungan karena terbuangnya 85.000 ton kantong plastik itu, sebagian adalah karena kita pelakunya. Saat kita berbelanja sayur, es, bakso, buku tulis, baju, dan lain-lain. Dalam setiap hari, paling tidak selembar kantong plastik kita terima.

Langkah pertama dalam pembatasan plastik secara individu yang bisa kita lakukan adalah kita menggerakkan diri sendiri dan lingkungan terdekat kita. Jadikan lingkungan kita agen produktif untuk sukses mengurangi plastik. Misalnya para guru mengajak para siswanya. Para ibu, mengajak semua anggota keluarga. Mudah-mudahan perlahan, tapi pasti, kesadaran masyarakat mengurangi penggunaan plastik akan terwujud. Yaitu, dengan mengurangi plastik yang sekali pakai dalam berbagai hal kebutuhan kita sehari-hari. Selama masih bisa kita gunakan yang lain, hindari plastik.

Cara yang paling gampang dalam pembatasan kantong plastik adalah selalu membawa kantong belanja bahan nonplastik ke mana pun kita pergi. Kalau kita berbelanja, tidak perlu menerima kantong plastik dari penjual. Sambil berusaha membatasi penggunaan plastik lainnya, yaitu botol minum. Selalu membawa botol minum sehingga tidak perlu membeli minuman kemasan plastik. Bila di kantor atau di sekolah ada air isi ulang, ini lebih baik, kita gunakan fasilitas itu.

Jadi, baiknya kita saling mengingatkan untuk mengurangi plastik agar lingkungan tidak semakin kotor dan makhluk hidup lainnya bisa hidup nyaman. Tidak ada ikan paus lagi yang mati karena menelan banyak sampah plastik di laut.

Bila kita berbelanja dan penjual menyodorkan kantong plastik, bila kita minum dari botol plastik, dan makan dengan wadah plasti, ingatlah kembali nasib ikan paus yang mati karena menelan banyak sampah plastik.

Sumber (unduhan 27 November 2018):

(1) https://www.cnnindonesia.com

(2) https://regional.kompas.com

(3) https://megapolitan.kompas.com

(4) http://medialingkungan.com

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul Pak..... Ayo kita lbh peduli dan ngajari anak didik kita agar mengurangi plastik.

03 Dec
Balas

Sampah plastik merupakan penyebab kerusakan lingkungan yang harus segera ditangani

03 Dec
Balas



search

New Post