Mencintai Kata dengan Berpantun dan Berkarmina
Pantun merupakan salah satu sastra lisan yang banyak dikenal di Nusantara. Misalnya, di Sumatra dikenal pantun, di Jawa ada parikan, di Sunda ada paparikan. Pantun biasa digunakan untuk saling menghibur, menyindir, mengungkapkan perasaan hati, menasihati, dan lain-lain sehingga dikelompokkan ke dalam pantun jenaka, nasihat, agama, muda-mudi, dll.
Perhatikan dua bait kata-kata berikut:
A. Ibu pulang bawa ikan tuna
Aku senang gabung di gurusiana
B. Naik gunung membawa mentimun
Diminta perempuan berwajah manis
Jangan bingung apalagi melamun
Ayo lanjutkan kita menulis
Apa perbedaan dari kedua bait tersebut? Ya, benar. A lebih singkat daripada B. Inilah yang disebut dengan pantun kilat atau karmina untuk A dan pantun untuk B. Ingin tahu pebedaannya?
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua sebagai isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung. Contoh:
Kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tahu
Sedangkan pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, atau a-a-b-b (yang umum dipakai a-b-a-b). Dua baris pertama merupakan sampiran, dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Satu baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.
Karmina dan pantun sering digunakan sekadar untuk bercanda, seperti yang sering kita dengar dalam iklan atau acara-acara lain di televisi. Namun,yang sering kita temukan adalah karmina karena lebih pendek dan lebih mudah menyusunnya
Bagaimana ketentuan membuat karmina atau pantun?
KARMINA
Di akhir kata setiap baris karmina harus memiliki rima/bunyi akhir dengan pola a-a (sama)
Contoh: satu dua tiga dan empat –> at (vokal a) = (A, pola bunyi baris pertama)
ayo kita tetap semangat –> at (vokal a) = (A, pola bunyi baris kedua)
PANTUN :
Di akhir kata setiap baris pantun harus memiliki pola a-b-a-b (pola yang resmi), contoh:
Kue pukis di atas loyang –> yang (vokal a) = (A)
lima ratus dapat sebiji –> ji (vokal i) = (B)
jangan menangis adikku sayang –> yang (vokal a) = (A)
lebih bagus ikut mengaji –> ji (vokal i) = (B)
Sekarang kita mulai membuat karmina atau pantun: Kita buat dulu bagian isi kemudian dilengkapi sampiran dengan kata-kata yang memiliki bunyi akhir sesuai. Biasanya sampiran berupa flora fauna atau peristiwa sehari-hari. Seperti:
….
….
Hati senang dan gembira
Banyak sahabatku yang perhatian
Kira-kira bagaimana sampirannya?
Tinggi terbang si burung dara
Melesat ke bawah kayu titian
Hati senang dan gembira
Banyak sahabatku yang perhatian
Apa yang menarik dari percakapan dengan disisipi pantun? Selain lebih akrab, pantun lebih mengundang minat lawan bicara untuk mengetahui maksud pesan yang akan kita sampaikan. Tentu saja sebaiknya kita menghindari pantun yang ditujukan untuk bercanda melampaui batas apalagi saling menghina, hal ini tidak Islami. Dengan berpantun, kreativitas berbahasa akan terasah, terutama spontanitas kita menemukan kata-kata yang tepat dalam menyesuaikan sampiran dan isi pantun. Apalagi kalau sudah pada taraf berbalas pantun.
Pulang sekolah naik delman
Nikmat terasa seperti berayun
Baiklah pembaca yang budiman
Selamat mencoba membuat pantun
Berpantun menurut saya bagian dari mencintai kata. Dengan berpantun, kita mudah menemukan kata-kata.
(Mencintai kata: Virus dari Bapak Much. Khoiri, Penggerak Literasi, penulis 33 buku, Dosen Unesa – Universitas Negeri Surabaya)
(Mencintai kata: Virus dari Bapak Much. Khoiri, Penggerak Literasi, penulis 33 buku, Dosen Unesa – Universitas Negeri Surabaya)
Purwokerto, 13 Mei 2018
Mengenal Pantun dan Karmina
Pantun merupakan salah satu sastra lisan yang banyak dikenal di Nusantara. Misalnya, di Sumatra dikenal pantun, di Jawa ada parikan, di Sunda ada paparikan. Pantun biasa digunakan untuk saling menghibur, menyindir, mengungkapkan perasaan hati, menasihati, dan lain-lain sehingga dikelompokkan ke dalam pantun jenaka, nasihat, agama, muda-mudi, dll.
Perhatikan dua bait kata-kata berikut:
A. Ibu pulang bawa ikan tuna
Aku senang gabung di gurusiana
B. Naik gunung membawa mentimun
Diminta perempuan berwajah manis
Jangan bingung apalagi melamun
Ayo lanjutkan kita menulis
Apa perbedaan dari kedua bait tersebut? Ya, benar. A lebih singkat daripada B. Inilah yang disebut dengan pantun kilat atau karmina untuk A dan pantun untuk B. Ingin tahu pebedaannya?
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua sebagai isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung. Contoh:
Kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tahu
Sedangkan pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, atau a-a-b-b (yang umum dipakai a-b-a-b). Dua baris pertama merupakan sampiran, dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Satu baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.
Karmina dan pantun sering digunakan sekadar untuk bercanda, seperti yang sering kita dengar dalam iklan atau acara-acara lain di televisi. Namun,yang sering kita temukan adalah karmina karena lebih pendek dan lebih mudah menyusunnya
Bagaimana ketentuan membuat karmina atau pantun?
KARMINA
Di akhir kata setiap baris karmina harus memiliki rima/bunyi akhir dengan pola a-a (sama)
Contoh: satu dua tiga dan empat –> at (vokal a) = (A, pola bunyi baris pertama)
ayo kita tetap semangat –> at (vokal a) = (A, pola bunyi baris kedua)
PANTUN :
Di akhir kata setiap baris pantun harus memiliki pola a-b-a-b (pola yang resmi), contoh:
Kue pukis di atas loyang –> yang (vokal a) = (A)
lima ratus dapat sebiji –> ji (vokal i) = (B)
jangan menangis adikku sayang –> yang (vokal a) = (A)
lebih bagus ikut mengaji –> ji (vokal i) = (B)
Sekarang kita mulai membuat karmina atau pantun: Kita buat dulu bagian isi kemudian dilengkapi sampiran dengan kata-kata yang memiliki bunyi akhir sesuai. Biasanya sampiran berupa flora fauna atau peristiwa sehari-hari. Seperti:
….
….
Hati senang dan gembira
Banyak sahabatku yang perhatian
Kira-kira bagaimana sampirannya?
Tinggi terbang si burung dara
Melesat ke bawah kayu titian
Hati senang dan gembira
Banyak sahabatku yang perhatian
Apa yang menarik dari percakapan dengan disisipi pantun? Selain lebih akrab, pantun lebih mengundang minat lawan bicara untuk mengetahui maksud pesan yang akan kita sampaikan. Tentu saja sebaiknya kita menghindari pantun yang ditujukan untuk bercanda melampaui batas apalagi saling menghina, hal ini tidak Islami. Dengan berpantun, kreativitas berbahasa akan terasah, terutama spontanitas kita menemukan kata-kata yang tepat dalam menyesuaikan sampiran dan isi pantun. Apalagi kalau sudah pada taraf berbalas pantun.
Pulang sekolah naik delman
Nikmat terasa seperti berayun
Baiklah pembaca yang budiman
Selamat mencoba membuat pantun
Purwokerto, 13 Mei 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ajar olah kata bun ?
Trims bunda....boleh tuh...ngerujaknya....
Betul pak...
Alhamdulillah, jazakillah khoir dapat ilmu yang bermanfaat. Nah...bunda, ni ada : Buah nenas, buah timun. Buah mangga buah pepaya. Ngerujak yuk. Hehehe....ni namanya apa bunda? Pantun ngawur ya...bun. Salam sehat dan sukses selalu. barakallah.