Sumintarsih

Mengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wajib-Tidak-Wajib

Wajib-Tidak-Wajib

*Wajib-Tidak-Wajib*

(Seri Literasi Bulan Ramadan/ Selibura1)

Ramadan, salah satu sebutan untuknya adalah bulan madrasah karena untuk menuju pada tingkat ketakwaan kepada Allah, umat Islam menjalankan ibadah melalui tahapan yang mudah sampai yang paling sulit atau berat.

Untuk membantu melewati semua tahapan itu, kita senantiasa disuguhi banyak ilmu untuk kita kaji. Pengajian demi pengajian kita terima sehingga makin banyak referensi ilmu dan wawasan kita. Sebut saja kajian habis subuh, kajian menjelang salat tarawih, memjelang buka puasa, dan masih banyak lagi. Belum lagi yang kita terima dari media yang lain.

Suatu kajian yang saya ikuti semalam, menjelang salat tarawih, penceramah menyampaikan tentang pentingnya menimba banyak ilmu di bulan Ramadan. Tidak lain dan tidak bukan adalah agar manusia mendapatkan banyak bekal khususnya dalam menjalankan serangkaian ibadah di bulam Ramadan. Akhirnya, kita diharapkan mampu menjalankan segala ibadah dalam bingkai ilmu, bukan asal-asalan.

Pada penutupan, penceramah menyimpulkan dengan satu kalimat, "Belajar itu wajib, tetapi pintar itu tidak wajib dan jangan takut tidak pintar, tetapi takutlah bila kita tidak mau belajar karena bisa sesat dalam beribadah."

Kalau saya simpulkan, dalam menambah bekal diri, yang penting itu proses, bukan hasil. Proses itu wilayah dan kewajiban manusia untuk berusaha, sedangkan hasil itu wilayah Allah, hak Allah untuk memberikan upah atas jerih payah manusia.

Sebagai manusia harus percaya dg takdir sehingga selalu ada harapan dan keyakinan, tetapi diimbangi dengan ketawakalan. Inilah yang membuat manusia tidak semua percaya dengan kekuatan usaha karena orang yang sudah berusaha tidak serta merta 100% sukses. Ada Allah Yang Maha Mengatur. Bagi yang beriman, akan tetap berusaha, bagi yang tidak, mereka tinggalkan perintah-perintah Allah.

Nah, tadi pagi ada kajian dari Pak Khoiri tentang "Jangan Pelit Berbagi Ilmu" di Serial Diari Dulgemuk. Kalau saya kaitkan dengan cerita saya di atas, jadi rumusnya bertambah: W-T-W (belajar wajib, pintar tidak wajib, berbagi ilmu wajib). Berbagi ilmu wajib hukumnya supaya semakin banyak yang mendapatkan ilmu tersebut. Bukankah sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang diamalkan?Mengamalkan ilmu juga tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi mengajak orang lain. Dan, ilmu yang dibagikan menjadi salah satu perantara tidak putusnya amalan manusia setelah mati, ya...ilmu yang dibagikan.

Saya yakin, semua ilmu yang akan mendatangkan kemanfaatan dan makin mendekatkan hamba kepada Allah, tergolong dalam ilmu jariyah. Termasuk ilmu literasi yang sedang kita timba bersama di grup ini. Amin.

Purwokerto, 18 Mei 2018

(Sumintarsih, mengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin. Semoga demikian bun . Menebar dan meyuburkan ilmu.

18 May
Balas

Trim pak Tanto dan bunda Raihana.

18 May
Balas

Ilmu..., jariah tiada henti. JHazakillah khoir untuk ilmunya ...bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

18 May
Balas

Materi kultum sebelum Tarawih di tempatku kok hampir sama dengan yang bu Min ceriterakan. Bahwa sebaik-baik manusia adalah yang hidupnya bermanfaat bagi orang lain. Manusia yang bermanfaat bila dia berilmu dan mengamalkan ilmunya itu untuk kehidupan sesama. Makasih bu Min, sudah menebar kebaikan melaui literasi yang bermanfaat.

18 May
Balas



search

New Post