Mimpi, itulah kata yang berkelebat dalam otak manakala aku mendengar kata penulis. Lama sekali aku bermimpi mempunyai karya dalam bentuk buku, tapi tak kunjung terwujud. Ada saja kendala yang menghadang, rasa malas , ngantuk, lelah, letih. Pernah suatu kali semangat membara untuk menulis ,saat membuka leptop dan tapi tidak ke luar satu kalimat pun. Ide-ide pun sangat banyak di kepala entah kenapa tidak keluar satu pun manakala sudah membuka leptop. Aku merasakan teramat sangat sulit untuk mewujudkan mimpi itu, walaupun kadang keyakinan sangat kuat bahwa saya mampu dan bisa.

Sampai saat ini pun terasa sulit mengeluarkan ide yang ada di kepalaku. Padahal kemarin saya begitu semangat saat mendengar ada pelatihan menulis. “ Ini kesempatan emas untuk mewujudkan mimpi yang telah terpendam beberapa tahun”, aku berbisik dalam hati dengan girang. Entah karena banyak pekerjaan, lelah, atau kenapa lah, semangat itu tiba-tiba sirna. Semalam saat teman-teman lain mengerjakan tugas yang diberikan instruktur, saya malah pegang selimut, tertidur lelap.

Di tengah malam, saya ingat kalimat yang disampaikan Mas Eko, “orang secerdas apa pun, punya kekuatan apa pun, manakala tidak meninggalkan tulisan habislah sejarahnya”. Kaliamat itu mengganggu tidurku. Aku bangun pelan-pelan, ingat tugas yang diberikan Mas Eko yang belum kukerjakan sama sekali. Kupandangi buku Negeri Lima Menara yang ditulis Ahmad Fuadi di pojok kamar, di sana ada kalimat mantra “ Man Jadda Wa Jadda” . Aku harus bersemangat mewujudkan mimpiku menulis sebuah buku, yang nanti akan kuwariskan untuk anak-anak dan cucuku. Aku buka leptop kembali sambil aku baca mantra Man Jadda Wa Jadda, Siapa yang Bersunguh-Sungguh akan Sukses”. Dari ruangan ini aku akan bersemangat mewujudkan mimpi menulis buku.