Ada masa kita berada di serambi setengah adil. Menghadap kaca dengan pantulan sikap natural. Memperlakukan sesama seperti halnya berkaca. Kemarahan adalah kelemahan dalam mendamaikan hati. Menjinakkan sisi negatif sama saja dengan niat tertinggi berlaku sayang terhadap jiwa.

#

Sekelumit praduga jadikan mawas diri. Menyusun canda ria gambaran suasana hati. Biarkan riuh rendah dinamika mengiringi cerita, kadang meradang dalam bersitegang. Alas ini bukan milik sebongkah nafsu, namun semua jalankan segelintir takdir. Meronanya amarah tutupi kebaikan yang lahir bertubi-tubi. Semburan egois, antarkan pada diri pada keterpurukan.

#

Semata wayang lisan keberadaan yang di agungkan berlebih. Lupa pada pemilik sejati, dengan menggenggam aroma nikmat serasa tanpa batas. Ini hanya senandung petang di sudut kicauan. Mengalirnya makna dari gemericik perilaku dengan detik yang berlari. Ada akhir keikhlasan dalam setiap putaran jalan setapak terlampaui. Tarikan senyum sebagai simbol bahagia sederhana tanpa rekayasa. Goresan tinta mematri satunya cinta sejati pada yang terpilih kesetiaannya.

Banjarmasin, 23 Nopember 2020

17.48 Wib