Keinginan yang tidak bisa ditunda adalah datang ke rumah Rasulullah di Madinah dan Makkah. Namun, untuk berkunjung ke sana memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi saya jika Allah SWT memberangkatkan tentunya sangat mudah.

Sudah waktunya menyambut masa purna bhakti pada usia 56 tahun. Uang pesangon merupakan satu-satunya sumber dana untuk berangkat ibadah umroh. Alhamdulillah wa syukurillah semua diberikan kelancaran. Sejak memperpanjang paspor dipermudah.

Singkatnya kami dan rombongan menuju bandara internasional Juanda menuju Jeddah. MasyaAllah, begitu mendarat di negara Arab Saudi air mata ini seakan mengalir lambat, menyejukkan mata dan segar terasa.

Begini rasanya menghirup udara di bumi nabi Muhammad. Saya yang sejak lama membayangkan hawa panas, seperti cerita yang saya dengar. Ternyata tidak, udaranya sejuk sekali. Entah karena merasa lega atau memang datangnya pada malam hari.

Setelah bersihkan badan kami meneruskan ambil miqat di masjid dan meneruskan kegiatan dan rukun-rukun umroh. Saya tidak akan menuliskannya karena sudah ada buku petunjuk pelaksanaan rukun-rukun umroh.

Bahagia rasa hati setiap langkah dalam menapakkan kaki di bumi Rasulullah. Tidak terasa lelah pun lisan dan hati terpadu dalam rasa bahagia. Rasa penyesalan atas kesalahan yang pernah saya perbuat. Mohon ampun beribu-ribu kali lidah terasa kelu. Air mata mengalir deras, rasa bahagia bercampur rasa haru.

Terima kasih ya Allah yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk datang ke rumahMu. Rumah di mana manusia berkumpul dalam kerukunan dan kesamaan keinginan.

Malang, Februari 2023