Banyak Persoalan, Menu Lezat bagi Penulis Andal
Betapa sulit aku mau tidur. Pikiranku gelisah. Ada banyak persoalan yang berseliweran di kepala. Saking banyaknya, aku sulit mengurainya. Sebab, satu persoalan dan persoalan lainya seperti tak ada yang mau mengalah. Satu persoalan hendak muncul ke permukaan, tiba-tiba muncul yang lainnya menyusul. Begitu seterusnya. Dan, silih berganti. Betul-betul menyulitkan mataku untuk terpejam. Kondisi yang sejujurnya membuat aku super lelah.
Tapi, entah mengapa, sekalipun super lelah, aku tak merasa mengantuk. Bola mataku terbuka bulat. Masih jelas memandang. Meski tentu masih lebih jelas bagi mata orang-orang yang tidak berkaca mata. Kejelasan pandangan mataku agak buram jika dibandingkan dengan ketajaman penglihatan mereka. Tapi, karena sudah terbiasa, buram pun kuanggap terang.
Tapi, tidak begitu bagi hati dan pikiranku. Banyaknya persoalan yang kuhadapi membuat pikiran menjadi buram dan keburaman tersebut tidak bisa kuanggap enteng. Sebab, menutupi berpikir. Menghilangkan daya, yang berdampak pada ketidakmampuan menemukan sesuatu yang berbeda. Jadi hanya diam membisu.
Iya, karena kondisi seperti ini memang tidak terbiasa menimpa diriku. Dalam sehari-hari memang ada persoalan. Tapi, persoalan yang menimpa diriku, selama ini, biasa-biasa saja. Tidak menumpuk. Dan, karena tidak terbiasa banyak persoalan, ketika tiba-tiba muncul banyak persoalan dapat menjadikan perasaan dan pikiran tidak jenak.
Bagi orang yang hidupnya sudah terbiasa terlingkupi persoalan, ia merasa biasa. Sudah menjadi kebal. Ketahanan pikiran dan perasaannya sudah sangat terlatih. Sehingga sekalipun banyak persoalan, mereka masih cepat bisa tidur nyenyak. Karena orang-orang yang demikian sudah sangat mahir mengurai masalah. Persoalan yang datang mengalir seperti air pun tetap bisa diselesaikan. Pengelolaan persoalan yang datang bertubi-tubi dilakukan begitu mudah.
Dan, karenanya mereka pantas disebut sebagai orang yang hebat. Orang yang hebat dalam menghadapi banyak persoalan tentu tidak khawatir, gelisah, dan takut. Sebaliknya mereka malah bahagia. Sebab, (barangkali) terpahami oleh mereka persoalan yang ada akan menjadikan dirinya semakin matang. Karena pikiran dan perasaannya terus terasah. Ia semakin bertambah dewasa karena persoalan yang dihadapi berfungsi seperti batu pengasah pisau. Membuat pikiran dan perasaannya semakin tajam.
Ini pun tentu berlaku bagi penuli-penulis andal. Persoalan yang setiap hari ada justru bisa menjadi sumber tulisan. Jadi, penulis-penulis andal pasti menulis setiap hari. Tidak kehabisan ide. Tulisan-tulisannya terus mengalir. Membanjiri media massa. Dan, keadaan itu, aku bayangkan, dapat mengakibatkan pikiran dan perasaannya menjadi ringan dan selalu segar. Karena semua persoalan yang masuk dalam pikirannya dapat dijadikan produk baru, yang dapat dikonsumsi orang lain.
Hal tersebut sangat berbeda denganku. Persoalan yang banyak berseliweran dalam pikiranku membuat diriku seperti terbenam dalam lumpur. Membuatku sulit bergerak. Karena tidak ada tenaga yang tersimpan. Seolah hanya menanti kesudahannya. Tidak dapat menulis lagi. Bingung. Semerawut. Ruwet!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih sarannya.
Mnulislah apa yang kita pikirkan, supaya pikiran tidak semerawut.....