Catatann Kecil dari Meja Makan
Sayur bening, potongan bayam dan gambas, tersaji di meja makan. Di sisinya ada ikan laut goreng. Sambal terasi, yang merangsang lahap makan bagi kami pun tidak ketinggalan. Ada di sisi lain menggumpal di atas cobek batu hitam. Sederhana menu sore ini, tetapi bagi saya cukup menyenangkan. Kami hanya berdua, saya dan si ragil. Ibunya bekerja, kebetulan masuk pukul 14.00 WIB dan pulang pukul 21.00 WIB. Sementara si sulung di luar kota, kuliah, sudah dua minggu ini tidak pulang. Katanya, banyak tugas yang harus diselesaikan.
Si ragil mengambil dua piring dari dalam almari di dapur. Satu piring untuk dirinya, satunya untuk saya. Ia mengambil nasi sendiri, sesuai dengan takarannya. Sebab, jika saya yang mengambilkan selalu dikomentari, kebanyakan, dan karenanya harus dikurangi. Biasalah lazimnya setiap orang tua, termasuk saya, mengambilkan takaran makan untuk anak lebih banyak karena selalu terpikir agar si anak badannya gemuk dan sehat.
Ragil kami memang tidak semontok si sulung. Sehingga setiap makan harus mendorong mengambil ini, mengambil itu, agar menu makan lengkap, ada sayur dan ikannya (lauknya). Seperti sore ini tadi, saya harus mendorongnya mau mengambil ikan laut goreng. Saya tidak mengetahui nama ikan itu, sebab istri saya hanya bilang itu ikan laut. Dan, Selalu saja si ragil kurang menyukai ikan. Yang paling ia sukai adalah sayur bening. Cukup itu. Sederhana bukan? Tetapi, kami sangat menyayangkan kebiasaan itu. Sebab, sekalipun hobi sayur bening tidak buruk, jika selalu kurang tertarik dengan ikan, pasti ada yang kurang kebutuhan gizi bagi tubuh.
Hal itu sangat mengingatkan memori saya sewaktu kecil. Jika si anak kurang bernafsu makan, orang tua (seringnya ibu) selalu memberi ramuan daun-daunan basah. Ramuan daun-daunan itu bisa dibuat sendiri. Tetapi, di pasar pun dijual. Ramuan daun-daunan diperas airnya dan airnya itulah yang harus diminum anak. Rasanya pahit getir. Sehingga perlu kesabaran untuk dapat memanfaatkannya bagi anak-anak. Entah karena sugesti atau apa, setelah minum air ramuan itu, nafsu makan anak-anak membaik. Saya ingat, sewaktu kecil saya pernah mengalaminya.
Ya, saya harus memengaruhi si ragil agar mau mengambil ikan untuk menemani sayur bening meskipun tidak memanfaatkan ramuan daun-daunan. Akhirnya mau juga ia memegang separuh ikan laut goreng itu. Separuhnya dikembalikan ke atas piring ikan. Sementara, separuh yang dipegang dipatah-patahkan kecil ditata di atas piring yang sudah terisi nasi dengan sayur bening yang hampir menenggelamkan nasi. Biasa, si ragil selalu mengisi piringnya dengan kuah yang meluber, sehingga sampai menggenang dan itu yang menyukakan dirinya saat makan.
Kami menikmati makan malam berdua. Sesekali kutatap si ragil. Ia begitu lahap menikmati menu makan malam sederhana ini. Sekalipun di piringnya penuh dengan kuah, ia makan tanpa menggunakan sendok. Cukup memainkan jemari tangannya, yang lincah karena sudah terbiasa. Kebiasaan yang satu ini berbeda dengan saya. Selalu saya menggunakan sendok tanpa garpu saat makan, baik makanan itu berkuah maupun kering. Entah mengapa, ya mungkin karena kebiasaan saja.
Satu hal yang “mengganggu” saya adalah kebiasaan si ragil saat makan berkuah, selalu menimbulkan suara seperti menyeruput teh hangat dari gelas, “srupp” setiap kali suapan masuk ke dalam mulut. Akan tetapi, itulah kenikmatan yang tentu ia rasakan seperti halnya saya menikmati mendengkur saat tidur. Bukankah menikmati kebiasaan khas itu sebagai hak seseorang? Hanya, barangkali memang perlu ada cara agar hal itu tidak mengganggu hak orang lain. Begitukah?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hehehe, saya senang gaya tulisannya. Asyik.
Terima kasih, Pak Yudha, suportnya.
Bagus tulisannya...