Sungkowo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dalam Pelajaran Prakarya

Dalam Pelajaran Prakarya

Pelajaran menganyam bagian dari pelajaran prakarya, sekarang diadakan lagi. Anak-anak sekolah dasar (SD), termasuk si ragil yang kini kelas III, baru saja mengikuti aktivitas menganyam. Aktivitas yang dilakukan si ragil dan tentu teman-teman sekelasnya merupakan bagian penilaian akhir.

Tidak semua dilakukan oleh anak. Bahan yang dibeli dari toko, yakni kertas asturo, harus dipersiapkan dahulu dari rumah. Kertas asturo itu digunting dalam pola tertentu. Ada yang dipotong-potong dalam ukuran tertentu dalam lembaran utuh. Dan ada yang dipotong-potong dalam ukuran tertentu pula, tetapi lepas-lepas. Dua pola itu yang kemudian dianyam.

Hanya, aktivitas menganyam harus dilakukan di sekolah. Saya tidak mengetahui proses anak-anak menganyam. Tetapi saya mencoba membayangkan, mereka pasti begitu asyik melakukannya. Ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan kreativitas tentulah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas mereka ketika sedang menganyam. Semua pasti konsentrasi terhadap pekerjaannya masing-masing. Dan, kondisi itu tentu amat menyenangkan bagi mereka. Belajar yang aktif dalam suasana yang rileks.

Hasilnya? Si ragil langsung menunjukkannya kepada saya begitu saya tiba di rumah. Saya mengapresiasinya dengan senang. Hasilnya bagus. Saya tunjukkan jempol tangan saya sebagai tanda penghargaan yang baik untuk hasil karyanya, anyaman. Si ragil terlihat gembira. Karena mendapatkan pengakuan, yang tentu juga seharusnya demikian didapatkan dari gurunya.

Seakan pelajaran menganyam kurang memiliki pengaruh baik kepada anak-anak. Itu yang membuktikan bahwa pelajaran tersebut sangat lama tidak dimunculkan, mungkin 20 hingga 30-an tahun. Sebab, pelajaran menganyam itu pernah saya alami sewaktu masa kecil saya. Setelah itu seolah ditelan bumi. Dan, di tahun-tahun ini, saat Kurikulum 2013 diberlakukan, pelajaran yang sejatinya dapat membangun budi halus anak itu diterapkan lagi.

Saya harus jujur katakan bahwa saya merindukan pelajaran itu ada lagi sejak lama. Sebab, saya sendiri merasakan bahwa terkikisnya budi halus anak-anak itu salah satunya mereka tidak mengalami pembelajaran yang mengasah ketelitian, kesabaran, ketekunan, yang dapat diperoleh langsung dari pelajaran prakarya. Pelajaran prakarya tidak hanya menganyam, tetapi dapat saja membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan tempat tinggal anak. Misalnya tanah liat, batang pohon, akar-akaran, bebatuan, dan lain sebagainya dapat menjadi bahan prakarya.

Melalui pelajaran prakarya kita berharap anak-anak dapat menemukan budi yang halus. Sehingga dalam menjalani kehidupan, mereka dapat menjadi cahaya kehidupan. Karena, kita sadar atau tidak, cahaya kehidupan itu kini sudah memudar dalam kehidupan. Biar kita yang tua-tua, yang telah tercemar, segera tergantikan mereka yang muda-muda yang masih suci.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post