Kami Tak Menduga
Anggapan yang muda kurang memiliki kemampuan merupakan kebiasaan yang melanda banyak orang. Apalagi seorang muda itu berada di tengah-tengah orang dewasa. Inilah barangkali kesombongan orang dewasa. Seorang yang muda kurang mendapat “tempat” yang lebih di antara orang-orang dewasa. Ego senioritas berwenang seperti panglima. Apakah mungkin kebiasaan ini hanya ada di tengah-tengah masyarakat kita?
Masyarakat kita memang menjunjung tinggi budaya unggah-ungguh. Coba lihat! Ketika yang muda hendak melewati yang tua, jalannya selalu dengan badan merunduk. Tidak demikian jika sebaliknya. Pun ketika yang muda bertemu yang tua, yang muda mencium tangan. Ini tentu tidak salah bukan?
Hanya, barangkali budaya demikian ini yang kemudian semakin memperkuat posisi yang tua selalu berada di atas. Sementara yang muda berada di bawah. Atau dengan bahasa yang agak ekstrem, yang tua tidak mau disejajarkan dengan yang muda, apalagi diposisikan di bawahnya.
Kebiasaan demikian agaknya merambah ke berbagai lini kehidupan. Tak terkecuali ke kehidupan modern, yang ditandai dengan adanya perkembangan ilmu dan pengetahuan yang begitu dahsyat. Yang memungkinkan siapa pun dapat mengakses. Sehingga yang tua dan muda tidak menutup kemungkinan berkompetisi. Karena “kelincahannya”, yang muda boleh jadi mengungguli yang tua. Tetapi, kenyataan itu acap kali kurang dimengerti oleh orang tua.
Kebodohan itu yang barangkali membawa saya pada sebuah “kecelakaan”. Betapa tidak, saat hari pertama mengikuti lokakarya guru inti pusat belajar guru (PBG) Kudus, saya berpikir gadis cantik yang hadir di lokasi lokakarya, tak sehebat yang saya tahu kemudian. Gadis yang saya kira seusia si sulung, atau baru lulus sarjana, seperti pemuda pada umumnya, masih minim pengetahuan. Apalagi penampilannya remaja banget. Saat kami serius mengikuti lokakarya, dia duduk-duduk santai bersama temannya, gadis seumurannya, tak lepas dari gadget. Saya mengiranya sebagai karyawan Djarum Foundation, yang hanya ditugasi untuk mengawasi jalannya lokakarya. Sebab, Djarum Foundation sebagai sponsor adanya PBG Kudus, di samping Putera Sampoerna Foundation.
Ya, ketika acara pembukaan, saya, juga teman-teman peserta lokakarya, baru menyadari bahwa gadis tersebut memiliki kemampuan yang hebat. Ia wakil dari Djarum Foundation, yang menyampaikan pidato sambutan. Saat memulai sambutan, kami agak senyum-senyum. Karena gaya ucapan bahasa Indonesianya ala bertutur Singapura. Ia mengaku baru belajar bahasa Indonesia. Tetapi mengikuti konten pidatonya, sungguh di luar dugaan. Sebab, pemahamannya tentang perkembangan pendidikan di Indonesia dikaitkan dengan peran swasta serta harapan ke depan, terurai begitu lancar dan mendalam. Rasanya tidak seperti isi sambutan orang seusianya, tapi orang dewasa yang berpengalaman. Kami yang berada dalam ruang seakan terhipnotis, serius mendengarkan. Pun demikian pejabat yang hadir, yang juga menyampaikan sambutan, terlihat terheran-heran. Mungkin saja mereka merasa bahwa konten sambutan gadis itu jauh lebih mendalam dari pada konten sambutan mereka.
Yang juga menarik dalam sambutannya, ia tidak menggunakan teks. Cukup sesekali waktu melihat catatan garis-garis besar yang sepertinya ditulis di HP. Selepas melihat, ia berbicara secara improvisasi, lancar dan tertata baik kata-katanya, seperti sudah terbiasa bicara di depan banyak orang. Dan, ini yang membuat hampir semua orang di ruang tertawa: ketika membuka dan menutup sambutan, ia mengucapkan, “sugeng sonten dan matur nuwun” dengan gaya bertutur yang entah saya sulit menggambarkannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Setuju bhw dlm hal ilmu dan kemampuan yang tua tdk boleh meremehkan yang muda. Bahkan harus mengapresiasi dan mendorongnya. Tetapi dalam hal tata krama, setinggi apapun si muda bisa terbang, ia tetap harus bisa menunjukkan sikap santun dan hormat pada yang lebih tua. Ini bukan sekedar budaya timur, melainkan juga ajaran Islam - - YANG TUA MENYAYANGI YANG MUDA, YANG MUDA MENGHORMATI YANG TUA. Indah ya jika begini..
Muda di sayang, tua dihormati. Pepatahnya begitu pak. Asal yang muda gak ngelunjak dan yang tua gak sok tahu.
Betul, Pak Yudha. "Asal yang muda gak ngelunjak dan yang tua gak sok tahu.", semoga semakin nyata dalam pergaulan hidup ya, Pak. Terima kadih dan selamat pagi,
Yang muda yang berkarya, dan yang tua harus legowo melihat yang muda njih pak, semangat selalu...
Siap, Bu. Mantap kata-kata bijak Ibu. Terima kasih ajakannya. Selamat pagi, Bu.
Ya, Bu. Semogalah yang terjadi dalam relasi kehidupan manusia seperti yang Ibu harapkan sehingga hidup indah, nyaman, dan sejahtera dapat kita rasakan bersama.
Wow, gaya tutur yang keren. Kapan ya yang muda ini selihai Pak Sungkono mengulas setiap kejadian?
Terima kasih pujiannya, Bu. Yang muda " terbangnya" akan lebih jauh ketimbang yang tua, sehingga peluang untuk "keren bertutur" akan semakin wow. Hehehe. Selamat pagi, Bu.
Maantap Pak
Terima kadih pujiannya, Bu. Mantap juga dan selamat pagi.