Keliru
Kemarin, saat hari terakhir masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), di sekolah kedatangan seorang tamu. Tamu khusus. Karena tamu tersebut hendak meninjau kegiatan MPLS. Yang kami duga kemudian, ia petugas dari dinas pendidikan kepemudaan dan olahraga (disdikpora) kabupaten. Karena, di samping mengunjungi, ada catatan yang harus kami penuhi untuk data yang ia perlukan. Semua administrasi kegiatan MPLS dicatat dalam form berkop disdikpora, yang sudah disiapkan . Termasuk jumlah siswa baru. Selembar jadwal kegiatan MPLS diminta untuk dilampirkan dalam form tersebut.
Kami tak tahu persis jabatan tamu tersebut. Karena kami memang baru kali pertama ini bertemu sang tamu. Pikir kami, ia dimintai tolong oleh pejabat yang biasanya berkunjung saat ada kegiatan yang serupa. Karena, mungkin pejabat yang biasanya berkunjung sedang ada tugas lain yang lebih penting.
Dalam perkunjungan itu tak banyak pembicaraan. Apalagi sang tamu tak memperkenalkan diri secara jelas. Maksud saya, ia sebagai utusan atau memang tugasnya. Kalau utusan berarti ada atasannya. Tetapi, kalau tugasnya memang sang tamu memiliki tugas pokok tersebut. Seperti pejabat di kegiatan serupa tahun-tahun lalu. Dan, biasanya jika pejabat selevel kepala bidang (kabid), banyak pertanyaan seputar kegiatan yang harus kami jawab. Kali ini tidak.
Itu sebabnya, saat sang tamu meninggalkan sekolah, kami bertanya-tanya. Sebetulnya sang tamu menjabat apa. Meski akhirnya kami berkesimpulan juga, sang tamu bukanlah kabid. Kesimpulan kami berdasarkan fisik. Tampilannya. Wujud yang tertangkap indra mata kami. Sedikit indra pendengaran. Fisiknya kurang meyakinkan. Badannya kecil. Pun miskin bicara.
Di samping itu, biasanya pejabat sekelas kabid ketika berkunjung ke tempat kami, menanyakan kepala sekolah. Jika tak ada kepala sekolah, tetap transit dulu di ruang kepala sekolah. Bicara-bicara dulu. Baru kemudian minta ditemukan dengan wakil kepala sekolah atau guru yang berkaitan dengan kunjungannya. Artinya wakil kepala sekolah atau guru tersebut menemuinya di ruang kepala sekolah.
Sang tamu ini tidak. Yang ditanyakan wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Tak transit di ruang kepala sekolah. Tapi, langsung menemui orang yang dimaksud. Kami akhirnya menyilakannya masuk di ruang guru. Dan, urusan administrasi MPLS kami rampungkan di ruang tersebut. Begitu administrasi kami serahkan kepada sang tamu, ia langsung mohon diri.
Untung urusan kesiswaan peka dan langsung mengejarnya untuk menyampaikan “sesuatu”. Agar tak semata-mata tampak begitu (menyampaikan “sesuatu”), sang tamu yang ketika masuk belum mengisi buku tamu dimanfaatkan untuk menyilakannya masuk di ruang kepala sekolah: mengisi buku tamu. Sementara itu wakil kepala sekolah menyiapkan “sesuatu”. Begitu ritual khas kunjungan pejabat berakhir secara tertutup di ruang kepala sekolah, teman saya yang urusan kesiswaan bergabung lagi dengan kami di ruang guru.
Sampai bergabungnya lagi urusan kesiswaan dengan kami, sisa ketakmengertian kami tentang jabatan sang tamu, masih merangsang kami untuk membicarakannya. Untuk memastikannya, buku tamu yang diisi menjelang ritual khas akhir kunjungan pejabat di ruang kepala sekolah, dicek oleh teman kami yang urusan kesiswaan. Apa hasilnya? Jabatan sang tamu ternyata kabid.
Kami kecele. Karena kesimpulan kami tentang jabatan sang tamu keliru. Kekeliruan itu akibat kami menilai seseorang berdasarkan tampilannya. Tampak luarnya. Blegernya. Kerja ilmiah indra mata dan telinga ternyata tak mampu menghasilkan kesimpulan sejati. Perlu keterlibatan intuisi. Kekuatan hati, batin, perasaan, emosi, ternyata tak boleh diabaikan ketika hendak memutuskan sesuatu. Malu saya!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Langsung tanyakan saja pak biar tidak salah. Seperti tamu-tamu pada umumnya yang mampir ke rumah. MAu bertemu dengan siapa? Ada keperluan apa? Dari siapa (plus jabatannya)? Hehehe usul aja.
Betul itu, Pak. Sip!
Usul diterima, Pak. Hehehe. Selamat pagi dan berkarya.
Buku tamu bisa membantu. Agar tak kliru. Apresiatif... !