Sejak pagi hingga siang anak-anak belajar di sekolah. Mereka ada dalam pembinaan dan pendampingan guru. Seluruh aktivitas yang dilakukannya di dalamnya terlibat guru. Baik mereka belajar di dalam maupun luar kelas, guru menjadi fasilitator. Guru berada dekat dengan anak, sehingga aktivitas belajar dapat diikutinya.

Guru kelas, untuk PAUD dan SD atau yang sederajat, lebih banyak memiliki kesempatan beraktivitas bersama anak. Karena guru kelas mengampu semua mata pelajaran. Dari awal hingga akhir jam belajar, guru kelas terlibat proses pembelajaran. Guru kelas biasanya langsung menjabat wali kelas, yang tentu dituntut cermat melihat perkembangan anak-anak didiknya.

Keadaan tersebut sangat memungkinkan guru kelas yang notabene wali kelas itu mengabadikan momen-momen tertentu proses pembelajaran. Pengabadian tersebut tidak sebatas untuk kenang-kenangan. Didokumentasikan, yang pada kelak kemudian hari, dibuka untuk dilihat-lihat kembali. Kalau ini tujuannya tentu kurang bermakna. Sejatinya, pengabadian tersebut dapat untuk menjalin komunikasi dengan orang tua/wali murid dalam upaya bersama mendukung belajar anak.

Sekarang grup WA sudah ngetren di masyarakat. Jadi tak salah kalau sudah ada grup WA kelas untuk ngeshare momen-momen pembelajaran anak di sekolah. Grup WA kelas ini tidak untuk anak-anak, tapi orang tua/wali murid bersama guru kelas. Sehingga setiap update momen aktivitas belajar anak di sekolah dapat diikuti oleh orang tua/wali murid. Dengan demikian orang tua/wali murid dapat memantau aktivitas belajar anak walaupun mereka sibuk di tempat lain.

Memanfaatkan grup WA kelas seperti itu memberi banyak keuntungan. Orang tua/wali murid mengetahui aktivitas belajar anak di sekolah. Kalau updatenya secara kontinyu dan orang tua/wali murid mengikuti, mereka dapat mengetahui progres belajar anak. Guru kelas mendapat penguatan dan masukan, bahkan kritikan yang membangun dari orang tua/wali murid. Dan, kalau anak-anak diberi kesempatan untuk melihat semua update-an aktivitas belajarnya pastilah senang dan mereka akan banyak bercerita.

Sayang, kenyataan tersebut tak dapat dinikmati oleh semua orang tua/wali murid. Karena mereka tak memiliki android, misalnya. Atau, meskipun ada android karena gaptek mereka tak dapat memanfaatkannya. Selain itu, sekolah-sekolah di pedesaan sulit menerapkan karena faktor orang tua/wali murid yang kurang mengenal teknologi informasi.

Betapa pun banyak keterbatasan, sekolah-sekolah yang memungkinkan guru-gurunya dan orang tua/wali murid membuat grup WA kelas, perlu menerapkannya. Saya merasa terbantu dengan adanya grup WA kelas anak saya. Karena hampir setiap hari saya dapat memantau kegiatan anak saya di sekolah. Bahkan, beberapa orang tua/wali murid yang anaknya lupa ada tugas/PR, grup WA kelas dapat dijadikan media saling memberi informasi.

Hal tersebut dapat juga diterapkan di SMP dan SMA atau yang sederajat. Tapi, agak terbatas. Karena SMP dan SMA atau yang sederajat tidak mengenal guru kelas, tapi wali kelas. Wali kelas tidak setiap hari masuk ke kelas binaannya. Sehingga tidak setiap momen pembelajaran dapat “diambil” untuk di-upload. Momen-momen belajar yang kebetulan wali kelas yang mengajar yang mungkin dapat dilaporkan lewat grup WA. Toh demikian, tetap bermanfaat karena orang tua/wali murid dapat memantau aktivitas anaknya di sekolah meskipun tidak setiap hari.