Menyapu
Memasuki kelas siswa baru, pasti ada yang baru. Tidak hanya siswa-siswa baru. Tapi, mungkin kebiasaan-kebiasaan baru. Seperti salah satu kelas siswa baru yang saya masuki pagi tadi.
Kondisi lantai kelas kotor. Tapi, anak-anak terlihat duduk manis. Seperti di sekitar mereka tak ada yang mengganggu pandangan. Padahal sampah yang berserakan di lantai dan ternyata ada yang beronggok (juga) di dalam laci meja, mengganggu pandangan saya. Saya kira demikian juga pada pandangan Anda.
Oleh karena itu, saya tak langsung menyampaikan pengantar pembelajaran. Yang, di antaranya berisi tentang penjelasan ruang lingkup materi dan program penilaian. Saya meminta anak-anak menyapu sampah yang mengotori lantai ruang kelas.
Beberapa anak akhirnya menyapu. Ada anak putra dan putri. Tapi, anak putra hanya sebentar. Diganti anak putri. Ini penyakit kaum adam, yang sejak dulu sulit disembuhkan. Selalu begitu jika kaum adam dihadapkan pada aktivitas menyapu. Lebih banyak menjauhinya. Alasannya, mungkin karena budaya.
Anak-anak putri yang menyapu terlihat lihai. Ini pemandangan yang biasa. Sebab di rumah pun, anak-anak putri sering diberi tugas menyapu. Jadi, mereka sudah sangat terlatih. Tapi, kebiasaan demikian, menutup anak-anak putra mengakrabi sapu.
Sampah-sampah yang sudah terkumpul dibuang pada tempatnya. Kertas dan plastik masuk di tong sampah anorganik. Karena keduanya memang termasuk sampah anorganik. Bagi saya, ini perilaku yang sudah terdidik. Dan, sekaligus menunjukkan bahwa sejak SD, mereka sudah dikenalkan dengan kebiasaan mengelola sampah dengan benar.
Selanjutnya kami tinggal mendampingi anak-anak ini. Terus mendukung kebiasaan baik mereka. Membantunya jika ada kendala yang diperkirakan menghambat pertumbuhan kebiasaan baik tersebut. Agar semangat mereka dapat menjadi teladan bagi anak-anak lain.
Karena ternyata masih ada banyak anak (termasuk anak-anak putri) yang tidak terbiasa mengelola sampah dengan baik. Dengan pengarahan secara rutin, baik melalui program kebersihan kelas maupun lingkungan sekolah, kiranya mereka cepat meneladani kebiasaan baik yang sudah dilakukan beberapa teman satu kelas atau lain kelas.
***
Tak dipungkiri oleh siapa pun bahwa ruang kelas yang bersih dari sampah nyaman untuk belajar. Pemilik kelas akan betah berada di kelas. Sehingga kelas selalu ada penghuninya. Yang, disadari atau tidak, berdampak juga pada rasa aman. Akhirnya, belajar terasa senang dan tenang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak. Kalau di Jepang sampahnya dibawa pulang. Kalau bisa diterapkan pasti sekolah makin kinclong pak. Hehehe
Semoga saja dapat terus kami lakukan, Pak. Terima kasih berkenan mampir dan komen.
Pembiasaan yang luar biasa...
Doakan bisa terus berjalan, Bu. Terima kasih ya, Bu.
Biasakan hidup sehat. Sip..
Doakan semoga bisa semakin hebat, ya Pak. Terima kasih.