Sungkowo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mulut
Gambar diambil dari renungankristiani.com

Mulut

Mulut memang untuk berbicara. Sarana untuk menyampaikan pesan. Pesan bukan berarti perintah. Tapi, lebih mengarah pada informasi. Yang ditujukan untuk orang lain. Agar orang lain mengerti informasi tersebut.

Hanya memang, orang perlu membatasi mulut. Tidak setiap hal diucapkan. Karena ada hal-hal yang sebetulnya dapat menyampaikan pesannya sendiri. Tanpa peran mulut, ia sudah sampai kepada orang lain. Bahkan orang lain menerimanya lebih jelas.

Berbohong atau memfitnah boleh dibilang memerankan mulut secara berlebihan. Ini berarti peran mulut tidak dibatasi. Karena mengurangi atau menambah informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Mulut yang sudah terbiasa melakukan peran demikian kesannya biasa-biasa saja. Tampak tanpa beban.

Akan tetapi, mulut yang tidak terbiasa berbohong atau memfitnah, berat melakukan peran seperti itu. Ia akan mengambil sikap diam saja. Tidak terlibat berbicara. Sebab, kalau sampai terlibat berbicara bukan mustahil terjadi perdebatan. Bahkan, percekcokan.

Sering kita menjumpai mulut yang suka membesar-besarkan informasi. Mungkin di dalam keluarga sendiri. Barangkali di lingkungan pekerjaan. Mungkin juga di lingkungan pergaulan. Sering tak ada perbedaan, apakah mereka orang-orang terpelajar atau tidak.

Baru saja si sulung pulang dari KKN. Ia bercerita kejadian mistis di desa tempat ber-KKN. Di posko peserta KKN laki-laki terjadi kejadian aneh saat malam hari. Terdengar ada suara wanita. Terdengar suara orang yang berjalan di atas plafon. Suara mengetuk-ketuk pintu. Suara yang menggesek-gesek dinding. Dari mulut ke mulut peserta KKN, semua peserta KKN yang menempati posko di desa-desa yang lain akhirnya mengetahui juga.

Bertambah hari, cerita mistis itu tingkat kengeriannya bertambah tinggi. Tidak seperti kenyataan dan informasi di hari pertama. Pun demikian, cerita yang beredar di desa lain di antara peserta KKN, berubah drastis, semakin heboh. Begitulah, mulut sering tidak terkontrol perannya. Suka melebih-lebihkan.

Namun, ada juga mulut yang mengecil-kecilkan informasi. Tapi, ini umumnya dengan maksud baik. Agar orang yang mendengar tidak hanyut dalam informasi. Apalagi terprovokasi. Atau, dengan maksud merendahkan hati agar suasana nyaman. Karena orang yang mendengar tentu lebih senang.

Mulut bisa saja menjadi sumber kutuk. Saat perannya tidak terkontrol, timbul malapetaka. Baik bagi pendengar, maupun pembicara (pemilik mulut). Mulut pun dapat menjadi sumber berkat. Mulut yang mana milik kita?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post