Sungkowo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Perjumpaan
GUGUR: Bunga itu suatu saat terpisah dengan pokoknya.

Perjumpaan

Mengagetkan. Karena tiba-tiba di handphone isteri saya ada informasi duka cita. Salah seorang dokter kenalan dan teman bekerja isteri di rumah sakit meninggal. Meninggal secara mendadak. Sebab, sehari sebelumnya masih datang ke warung kami. Bersama keluarga. Bahkan, ibu mertuanya juga. Di antara mereka membeli soto. Soto Betawi tak ketinggalan untuk dokter spesialis kandungan dan kebidanan itu. Setahu saya, ia memang menyukainya. Sebab, setiap datang ke warung kami, soto itu yang dipesannya dengan teh tawar.

Kami datang ke rumah persemayaman jenazah hendak melayat. Jenazah belum tiba. Tapi, beberapa orang sudah berdatangan. Di salah satu bagian, lokasi untuk persemayaman jenazah, beberapa orang berkumpul. Terlihat mereka sedang berbicara. Pasti membicarakan jenazah dan keperluan untuk persemayaman.

Seiring bertambahnya waktu, pelayat semakin bertambah. Jenazah masih belum tiba meski waktu berangsur malam. Kursi-kursi yang tertata memanjang berjajar sudah mulai penuh pelayat. Tidak ada yang tersisa. Padahal jumlah kursi sudah banyak. Saya tak menghitungnya. Tapi menurut kebiasaan, kursi yang disediakan untuk pelayat, setahu saya, ini jumlah yang terbanyak.

Beberapa pelayat berdiri. Di beberapa bagian. Dalam sebuah kumpulan, lima hingga sepuluhan orang. Mereka terlihat berbincang-bincang. Saya memastikan mereka membicarakan jenazah yang belum tiba.

Saya merenung, keluarga duka sedang terpisah dengan orang yang mereka cintai. Suami dan ayah. Terpisah karena tidak bisa bertemu lagi di rumah, pantai, warung, mal, dan tempat ibadah. Ya, seluruh tempat di bumi ini. Jumlah anggota keluarga tak lagi penuh seperti kemarin-kemarin. Sudah “pergi” satu. Yang tertinggal tetap berkumpul dan terus melanjutkan hidup.

Tapi, dalam peristiwa (keterpisahan keluarga duka) ini ada perjumpaan. Para pelayat berjumpa. Dari mana-mana. Tidak melihat latar belakang mereka. Asalnya dari mana, pegawai apa, profesi apa, agama apa, muda apa tua, laki apa wanita, dan perbedaan-perbedaan yang lain, tak menjadi penting. Semua luruh dalam satu pemaknaan: ada perpisahan pasti ada perjumpaan.

Ya, perjumpaan. Yang meninggalkan dunia berjumpa dengan Pencipta di rumah semesta yang kekal. Sementara yang masih berada di dunia berjumpa dengan sesama dalam suasana perkabungan yang tak kekal.

Saya berimajinasi bahwa di ruang kelas pun terjadi peristiwa perpisahan dan perjumpaan seperti yang dialami keluarga duka. Ada saatnya saya terpisah dengan anak-anak didik setelah kami bergumul dalam perjumpaan. Hanya memang, dunia ruang kelas berbeda dengan dunia ruang semesta. Sebab, ruang kelas sementara; ruang semesta kekal.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post