Segar. Hal yang selalu dirindukan banyak orang. Tak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Apalagi kini kesibukan hampir menyergap sebagian besar orang. Anak-anak sibuk sekolah. Orang dewasa sibuk bekerja. Jika kesibukan itu terus menyergap, boleh jadi orang mengalami penurunan produktivitas. Anak-anak mulai jenuh belajar. Orang dewasa mulai terpecah konsentrasinya. Itu kenyataan yang mengantarkan pada kesia-siaan.

Meski tak seutuhnya alasan itu, istri dan kedua anak saya ikut pergi ke Solo, Jawa Tengah. Saya mengikuti pelatihan menulis buku, sedangkan mereka mencari suasana baru. Si ragil harus izin sekolah. Sementara si sulung tak perlu, sebab kuliah sedang libur. Istri kebetulan libur bekerja. Jadi, aktivitas saya di Solo, secara tak langsung, memeroleh dukungan seratus persen dari keluarga. Tak hanya mendukung secara moral, tapi juga material.

Bahkan, dukungan itu datang juga dari saudara. Tak satu orang, tapi satu keluarga. Jelasnya, keluarga kakak ipar. Suami-istri yang berputra dua itu harus mengizinkan anaknya tak masuk sekolah. Sehari, yaitu Sabtu (ini yang juga kami lakukan untuk si ragil). Jadi, secara tak langsung, mereka juga mendukung kegiatan saya. Sama seperti keluarga mendukung saya.

Saat saya pelatihan mereka menjelajahi Solo dan sekitarnya. Menikmati makanan khas Solo. Mengunjungi objek-objek wisata. Berbelanja. Aktivitas-aktivitas itu terlihat menyenangkan mereka. Terbukti, ketika kami berkumpul di penginapan, banyak yang mereka ceritakan dengan semangat. Dan, yang membuat saya turut merasa senang adalah oleh-oleh makanan khas, khusus untuk saya. Ada sensasi yang istimewa rasanya. Lidah saya seperti terhipnotis.

Dengan begitu, kesegaran yang mereka rasakan saya rasakan juga. Maka, saya mengalami kesegaran yang tak tertandingi. Tak hanya pikiran saya yang disegarkan oleh mas Eko Prasetyo dan pak Muhammad Ihsan melalui materi-materi terkait penerbitan dan penulisan, tapi juga oleh cerita-cerita istri, anak, dan saudara tentang berbagai hal yang dijumpai dalam penjelajahan. Di samping itu, seperti pengakuan saya di atas, lidah-mulut saya pun disegarkan.

Hal yang menggelitik benak saya adalah ucapan si ragil. Sebab, ucapan tersebut sejatinya ekspresi kesegaran. Yakni, ia mengaku baru kali ini menginap di hotel. Dan, itu memang benar adanya. Karena sebelumnya sebatas menginap di rumah nenek-kakek dan saudara. Situasi dan kondisi hotel yang kami tempati menyegarkannya. Ekspresi segar tak hanya terdengar lewat suaranya, tapi terlihat juga lewat sikap dan perilakunya. Sungguh, si ragil terlihat ceria. Apa yang dirasakan si ragil, dirasakan pula oleh anak-anak kakak ipar.

Kesegaran yang kami rasakan, saya yakini dirasakan juga oleh peserta Pelatihan Kelas Menulis Buku “SAGUSABU” Solo. Sebab, ada pengalaman baru yang didapat. Apalagi pengalaman baru itu mengondisikan para peserta ke depan ada pengharapan. Dan, pengharapan itu tak mungkin terlepas karena ada MediaGuru yang hendak dengan setia menyemangati. Bukankah begitu?

*Peserta Pelatihan Menulis Buku "SAGUSABU" Solo