Sungkowo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terbakar Sambal
ilustrasi diambil dari resepmedia.com

Terbakar Sambal

Sambal seakan membakar tenggorokanku. Sangat panas rasanya. Seperti mengering sehingga saat menelan ludah terasa begitu berat. Rasanya ada bagian yang terluka. Iya bisa jadi benar-benar terluka. Karena pedasnya sambal tak dapat ternetralkan oleh air ludah.

Bahkan, dampak yang aku rasakan sampai ke hidung. Hidungku bagian dalam pengar. Pengar itu rasa seperti mau terserang batuk. Panas-panas gimana gitu. Yang pasti membuat tidak nyaman. Bernapas kurang lega. Apalagi kalau berada di jalan saat terik. Waduh! Rasanya sangat mengganggu. Menghirup udara seperti hendak menghirup baja.

Memang iya, sebab sedikit banyak, karbon, kentutnya kendaraan bermotor itu, sangat berpengaruh. Dalam kondisi normal saja, menghirup udara di keramaian jalan saat terik agak terganggu. Apalagi ketika tenggorokan terasa panas yang berdampak sampai ke “jantung” hidung. Ujung jari-jari tanganku reflek menekan-nekan pucuk hidung. Karena seakan terasa ada sesuatu yang menerobos lubang hidung. Bisa debu, bisa juga asap.

Meski bagi orang tertentu sambal mencelakai tenggorokan, bagi orang tertentu yang lain dapat merangsang makan. Cukup dengan sambal, sepiring nasi bisa ludes. Bahkan, bisa minta tambah nasi. Apalagi sambal dibalutkan ikan. Wah jangan dikata. Pasti tak ada sisa.

Warung makan yang di tendanya ditulisi “nasi sambal” saja, yang datang gilir berganti. Herannya, orang yang antre kebanyakan bermobil. Di sepanjang tepi jalan, yang berpusat pada warung tersebut, berbaris mobil. Hal tersebut menandakan bahwa pelanggannya orang-orang berduit. Dugaanku, menu-menu lain sebagai lauk yang memikat lidah tentu saja ada. Sambal memberi cita rasa khas terhadap lauk dan nasi. Rasanya tidak mungkin ada pelanggan sampai berjubel kalau menunya hanya sambal.

Tapi, sambal memang memiliki peran utama dalam aktivitas makan. Ayam goreng tanpa sambal kurang enak dimakan. Bebek goreng tanpa ada sambalnya tidak mantap disantap. Pecel lele dan yang serba penyet, sambal selalu melekat. Bahkan, nasi kucing yang belakangan ngetren, rasa sambalnya yang membuat orang menghabiskan dua-tiga-empat bungkus sekali makan.

Sambal memang mampu membakar gairah makan. Sayang, kini aku tak seberani dulu. Sedikit pedas makan sambal, tenggorokan terbayang olehku merah terbakar dan sakit. Rasa sakitnya menghilang kalau setelah insiden tersebut, beberapa waktu cuti makan sambal.

Sambal pun dapat jadi lelucon terkait dengan kicauan burung. Waktu aku kecil, beberapa teman bermain suka berkata kalau menginginkan burung peliharaan terus berkicau berilah sambal. Maksudnya, burung diberi makan sambal. Karena sehabis makan sambal, pasti mulut burung terasa pedas-panas. Hal itu memaksanya untuk membuka paruh yang kami identikkan dengan berkicau. Di antara kami, termasuk aku, mempercayai tindakan tersebut. Tetapi, entah, aku lupa sudah mempraktikkan atau belum waktu itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post