Suparman Toaha

Suparman Toaha, lahir, di Urung, 10 November 1978 ...

Selengkapnya
Navigasi Web
TERJAJAH DALAM KEMERDEKAAN

TERJAJAH DALAM KEMERDEKAAN

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Begitulah bunyi pembukaan Undang Undang Dasari 1945 pada alinea pertama.

Kalimat di atas menjadi pembuka pada undang-undang. Ini menandakan bahwa, kemerdekaan itu merupakan hal yang sangat dibutuhkan manusia. Kalimat di atas menegaskan manusia harus hidup merdeka tanpa harus diintervesi oleh orang lain. Manusia bebas dalam melakukan aktivitas tanpa harus dihantui dengan berbagai intimidasi atau batasan-batasan.

Para pendahulu bangsa, mengerti betul berapa sakitnya menjadi bangsa yang terjajah. Kebebasan direnggut oleh penjajah. Setiap kegiatan selalu diawasi. Hasil usaha yang diperoleh dari kerja keras, harus diserahkan kepada mereka. Karena jika tidak, maka akan dilakukan perampasan yang disertai dengan kekerasan. Jangankan harga diri atau hak asasi, bahkan nyawa tidak bernilai sama sekali di mata penjajah.

Berkat jasa dari para pejuang bangsa, kita tidak lagi merasakan penjajahan. Bangsa kita sudah merdeka. Tidak ada lagi kerja paksa. Tidak adalagi penindasan. Seluruh warga mendapat kebebasan tanpa dihantui kejamnya si penjajah.

Namun, setelah merasakan kemerdekaan selama 74 tahun, tiba-tiba penjajah baru kembali datang. Mereka kembali melakukan penjajahan kepada seluruh bangsa. Tidak hanya negara Indonesia, bahkan kedatangannya menjajah seluruh penjuru dunia.

Virus corona, dialah sang penjajah baru. Dia datang mengobrak abrik kemerdekaan. Negara miskin diabuat mejadi semakin miskin. Negara berkembang dibuat tidak lagi mampu berkembang. Negara maju tidak lagi mengalami kemajuan. Bahkan negara adidaya dibuat tidak berdaya.

Kemerdekaan direnggut kembali. Kebebasan kini menjadi sesatu yang langka dan sangat mahal. Segala aktivitas dibatasi. Berbagai larangan ikut menjadi pelengkap dalam membatasi kebebasan. Berkumpul bersama keluarga, teman-teman kini menjadi hal yang terlarang. Berkativitas melawati jam malam menjadi hal yang berbahaya. Naik transportasi umum juga sudah tidak sebebas seperti dulu lagi. Berbelanja di pasar tradisonal maupun moderen harus mengikuti aturan-aturan baru. Bahkan hak mendapatkan pendidikan di sekolah pun tidak lagi untuk semua warga, melainkan hanya yang memenuhi syarat.

Olah karena itu, tidak salah jika banyak yang merasa “terjajah di negara merdeka”. Mungkin, penderitaan sekarang tidak seberat apa yang dialami pendahulu bangsa. Namun ini sudah cukup bagi kita bangkit memerdekakan diri dari penjajahan colonial corona. Dia harus diusir dari negeri ini. Tidak ada tempat dan ruang baginya. Dia harus dihancurkan sebagaimana dulu pejuang mengusir dan menghancurkan penjajah.

Tentu, tidak mudah. Dulu para pejuang butuh 300 tahun lebih mengusir penjajah. Namun, apakah membiarakan colonial corona menjajah selama itu. Tentu tidak !. untuk itu, perlu belajar dari pengalaman para pejuang bangsa. Mereka bersatu dan berjuang bersama. Perjuangan mereka dibarengi keihlasan dan ketulusan. Perjuangan mereka tidak disertai dengan target ganda. Mereka tidak termotivasi dengan iming-iming hadiah atau jabatan. Perjuangan mereka terbabas dari materi atau harta. Tapi justru mereka rela mengorbankan harta, darah dan nyawanya sekalipun.

Dengan ketulusan dan keihlasan para pejuang bangsa, membuat mereka dapat simpati dari rakyat. Mereka tidak lagi berjuang sendiri, tapi mereka mendapat kukuatan dan semangat baru dari keikut sertaan rakyat mengusir penjajah. Dan hasilnya kemerdekaan pun diraih. Proklamasi menggema di seluruh pelosok negeri. Suka citapun terlihat dimana-mana.

Dengan demikian konsep perjuangan pejuang kusuma bangsa perlu ditiru. Perlu belajar dari sejarah perjuangan mereka. Karena Jika tidak, maka kemerdekaan dari kolonial korona masih jauh dari harapan.

Jika perjuangan disusupi misi lain atau ada target ganda yang ingin dicapai atau perjuangan tidak disertai keihlasan dan ketulusan, apalagi jika disertai arogansi, maka simpati rakyat tidak akan datang. Kecurigaan sesama anak bangsa akan muncul. Petugas akan dibiarkan berjuang sendiri. Bahkan tidak menutup kemungkinan justru rakyat akan membuat kelompok dan menyusun kekuatan menentang kebijakan dari petugas.

Tentu hal tersebut tidak kita inginkan. Perlu persatuan dalam meraih kemerdekaan. Karena hanya dengan persatuan dan kesatuan yang akan melahirkan kekuatan dahsyat yang mapu mengalahkan si kolonial corona.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya. Smg para pemilik kebijakan bs bersatu tuk menyelesikan masalah ini pak.

23 Jan
Balas

Iya ibu karyani, salam literasi

23 Jan

Setuju..Merdeka

23 Jan
Balas

Salam merdeka, salam sehat

23 Jan



search

New Post