Suparman Toaha

Suparman Toaha, lahir, di Urung, 10 November 1978 ...

Selengkapnya
Navigasi Web
TERSANDERA CITA-CITA
https://www.google.com/search?q=foto+anak+memikirkan+cita+cita&sxsrf

TERSANDERA CITA-CITA

Anak-anak…jika besar nanti ingin jadi apa ?. Pertanyaan ini sering diajukan oleh hampir setiap guru di sekolah. Pertanyaan ini bahkan tidak hanya ditanyakan dalam kelas, melainkan saat penerimaan peserta didik baru, panitia selalu menanyakan hal yang sama.

Ketika siswa diajukan pertanyaan tentang cita-citannya, maka jawaban beragam akan didengar. Ketika pertanyaan itu diajukan kepada anak SD, maka berbagai jawaban lucu acapkali keluar dari mulut-mulut mungil mereka. Ada yang menjawab ingin jadi polisi, ada yang berhasrat jadi tentara, ada yang memiliki impian jadi pilot, ada yang berangan-angan menjadi serang dokter. Tidak sedikit dari mereka justru mengemukakan cita-citanya diluar prediksi guru. Kadang mereka menyebut ingin jadi “pengangguran”, atau berkeinginan seperti bintang kartun idolanya. Sebagian yang lain juga tidak mau kalah dan menyebutkan cita-citanya lebih dari satu.

Lain halnya dengan siswa yang duduk dibangku sekolah menengah. Mereka lebih rasional dan mulai berorientasi pada keinginan yang sebenarnya. Mereka sudah bisa memilih cita-cita idamannya yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Walaupun masih ada beberapa di antara mereka yang masih bingung dalam menentukan cita-citanya sendiri, sehingga kadang hanya ikut-ikutan dengan temannya yang lain.

Pertanyaannya adalah, pentingkah menetukan sebuah cita-cita dalam pembelajaran ?. Jawabannya tentu penting. Karena dengan adanya cita-cita, peserta didik dapat termotivasi belajar demi mewujudkan cita-citanya. Selain itu, dengan adanya cita-cita peserta didik dapat terarah dalam pembelajaran karena ada arah yang akan ditujunya.

Pertanyaan selanjutnya, apakah semua yang dicita-citakan bisa terwujud ?. jawabannya tentu tidak. Hanya sebagian kecil dari mereka yang dapat mewujkan impiannya sesuai dengan apa yang dicita-citakan sejak masih sekolah dulu. Sementara sebagian besar yang lain, bekerja tidak sesuai dengan cita-citanya.

Lalu apakah mereka dikategorika gagal ?. Jawabannya tentu tidak. Tidak sedikit yang bekerja tidak sesuai dengan cita-citanya justru dinilai sebagai orang sukses.

Oleh karena itu, menurut penulis, perlu adanya perubahan pola pikir dalam bercita-cita. Karena kalau dilakukan kajian, maka sebagian besar dari cita-cita yang diutarakan dari peserta didik, semua berorientasi pada pekerjaan yang mendapatkan gaji. Dokter dapat gaji, pilot dapat gaji, polisi/tentara juga dapat gaji dan lain-lain.

Orientasi digaji perlu dirubah menjadi menggaji. Apa perbedaanya ?. Jawabannya tentu banyak, di antaranya;

1. Digaji identik dengan menerima sedangkan menggaji identik dengan memberi. Kata ini memiliki makna yang sangat berbeda. Dalam bahasa agama “tangan di atas lebih mulia dari tagan di bawah. Artinya, orang memberi lebih mulia dari orang yang diberi.

2. Digaji sama dengan dipekerjakan, sementara menggaji sama dengan mempekerjakan. Lagi-lagi dalam al-Qur’an Surah Almaidah ayat 32 menjelaskan “bahwa barang siapa yang menghidupkan satu orang (memberikan solusi/pekerjaan yang dapat menghidupinya), maka sama kalau dia menghidupkan semua manusia. Artinya, sangat mulia dihadapan Allah bagi seseorang yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

3. Dari jumlah penghasilan tentu lebih banyak yang menggaji dari pada yang digaji.

Selain digaji, orientasi pekerjaan yang dicita-citakan itu memiliki kuota terbatas. Jutaan lulusan dari setiap lembaga pendidikan menamatkan lulusannya dengan cita-cita yang sama. Mereka akan berusaha dengan keras meraih cita-cita yang selangkah lagi akan digapai. Namun, walaupun “SIM” meraih cita-cita sudah ditangan, namun terkadang “SIM” itu tidak mampu mengatarkannya ke singgahsana cita-cita. Mereka mau berbalik arah dan mencari pekerjaan lain, namun terasa sulit karena “tersandera dengan cita-citanya”.

Lagi-Lagi dalam poin kedua ini, penulis mengajak untuk melakukan perubahan dalam bercita-cita. Inti sebenarnya cita-cita adalah cerdas, terampil dan berperilaku baik (sosial maupun religius). Ketiga komponen tersebut jika terpenuhi dalam diri peserta didik secara maksimal, maka tidak perlu lagi mereka keliling mondar mandir bawa dokumen untuk melamar pekerjaan. Akan tetapi pekerjaan yang akan mencarinya. Dan inilah yang diharapkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post