Kupendam Asaku Padamu
Kupendam asaku padamu
Entah mengapa setiap dekat dengannya, jantungku berpacu semakin cepat. Namun jika ku jauh darinya ingin sekali hati ini berada di dekatnya. Aku bertanya pada diri ini "mengapa semua bisa terjadi?" Aku melirik tanpa sepengetahuannya, wajahnya tidak cantik tetapi aura manisnya telah menyapa hati ini bagaikan buhul-buhul yang mengikat rada suka. Hatiku semakin bergetar tak terkendali ketika lirikan ini tertangkap matanya menembus kalbu. "Mungkinkah aku telah jatuh cinta?"
Dalam khayal kutatap wajahnya, diapun tersenyum padaku. Pandangannya menyentuh relung hatiku terdalam. Desah nafasnya menyapu dinding-dinding kalbu sehinhga bergetarlah sang sanubari. Akupun memejamkan mataku khawatir hati semakin larut termakan senyum manisnya. Namun semakin kupejamkan mata semakin jelas gambaran indah wajahnya.
Hati ini tersiksa melawan rasa memendam asa. Tidak yakin akan kemampuan diri untuk mendapatkannya. Khawatir cinta bertepuk sebelah tangan.
Kupandang diriku sesaat. Tiada pantas kurasa bersama. Terlalu nista diri ini bila dibanding dengan elok rupawan dirinya. Tanpa kusuruh, kepalaku bergeleng dengan sendirinya. Untuk tetap berusaha mendapat dirinya.
Diriku diam tidak berani ungkapkan asa dihati. Kupendam dalam relung hati terdalam. Khawatir di caci, dihina dan menjadi bahan tertawaan. Sehingga dia tidak tahu betapa besar harapan di hati mengkaguminya apa adanya.
Tersiksalah hati ini melawan rada memendam asa. Akibat ketidak yakinan atas kemampuan diri untuk mendapatkannya. Khawatir cinta bertepuk sebelah tangan. Bercintalah diriku dalam diam memendam cinta.
Memori Jingga Putih Abu Abuupendam asaku padamu
Entah mengapa setiap dekat dengannya, jantungku berpacu semakin cepat. Namun jika ku jauh darinya ingin sekali hati ini berada di dekatnya. Aku bertanya pada diri ini "mengapa semua bisa terjadi?" Aku melirik tanpa sepengetahuannya, wajahnya tidak cantik tetapi aura manisnya telah menyapa hati ini bagaikan buhul-buhul yang mengikat rada suka. Hatiku semakin bergetar tak terkendali ketika lirikan ini tertangkap matanya menembus kalbu. "Mungkinkah aku telah jatuh cinta?"
Dalam khayal kutatap wajahnya, diapun tersenyum padaku. Pandangannya menyentuh relung hatiku terdalam. Desah nafasnya menyapu dinding-dinding kalbu sehinhga bergetarlah sang sanubari. Akupun memejamkan mataku khawatir hati semakin larut termakan senyum manisnya. Namun semakin kupejamkan mata semakin jelas gambaran indah wajahnya.
Hati ini tersiksa melawan rasa memendam asa. Tidak yakin akan kemampuan diri untuk mendapatkannya. Khawatir cinta bertepuk sebelah tangan.
Kupandang diriku sesaat. Tiada pantas kurasa bersama. Terlalu nista diri ini bila dibanding dengan elok rupawan dirinya. Tanpa kusuruh, kepalaku bergeleng dengan sendirinya. Untuk tetap berusaha mendapat dirinya.
Diriku diam tidak berani ungkapkan asa dihati. Kupendam dalam relung hati terdalam. Khawatir di caci, dihina dan menjadi bahan tertawaan. Sehingga dia tidak tahu betapa besar harapan di hati mengkaguminya apa adanya.
Tersiksalah hati ini melawan rada memendam asa. Akibat ketidak yakinan atas kemampuan diri untuk mendapatkannya. Khawatir cinta bertepuk sebelah tangan. Bercintalah diriku dalam diam memendam cinta.
Memori Jingga Putih Abu Abu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar