Bidadari Kecilku, Najwa
Dua tahun pernikahanku, bidadari kecil terlahir dalam keluarga baruku. Kami amat menantikannya. Ia begitu mungil mengemaskan dan dirindukan semua orang. Beranjak enam bulan, takdir berkata lain.
Saat itu di bulan Desember, hujan terus saja mengguyur pemukimanku. Rumah-rumah yang padat saling berhimpitan bertambah lembab. Wabah demam berdarah menyerang kota. Tubuh putriku terasa hangat tak seperti biasanya. Aku dan suamiku bergegas ke rumah sakit. Dalam hati berharap hanya demam biasa.
Demam berdarah positif diujikan pada buah hati kami. Dalam pintaku, ya Allah selamatkan anakku. "Ibu, bersabarlah. Maafkan kami. Kami sudah berusaha semampu kami tapi Allah berkehendak lain". Tetes mata ini pertanda ikhlasku, kasih-Mu pada putriku begitu besar lebih daripada kami. Maafkan kami Tuhan, betapa inginnya bibir mungil Najwaku memanggilku ibu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya Alloh
Hanya keiklasan yang bisa mengobati hati dikala kita kehilangan harta berharga.
Enjih, berusaha teduh ... menata hati Terima kasih Bunda Kusuma.
Ini usia lucu lucunya yaa, jd ikutan guummmess
Makasih Bunda Oktin. Kenangan terindah mengingatnya kembali
Berarti Novi itu nomer dua Buk?
Aduh bu....air mata sy jatuh...
Kasih ibu, masih selalu ada mesti tak berpangku dan berpandang mata. Makasih bunda.
Ikhlas dan sabar yang bisa menguatkan kondisi ini , Bunda... Alloh memberikan yg terbaik untuk panjenengan sekeluarga...
Aamiin, yra. Terima kasih Bunda Endang.