BERBESAR HATI (Tagur harinke 38)
"Bu, istirahat biar cepat sehat!" Akhirnya, Fakhri putra sulung Sukma terpaksa harus mengingatkan ibunya.
Ibunya tak juga menyahut. Dia perhatikan terus. Sudah ada 5 menit ia lihat ibunya tidur menelungkupkan wajahnya di meja kerja. Sementara, di sampingnya layar laptop berisi angka-angka menyala. Itu pasti daftar nilai.
Fakhri terpaksa masuk kamar. Ia memegang punggung ibunya lembut. Telapak tangan merasakan hawa panas tubuh ibunya.
"Bu.... istirahat dulu. Sini, aku bantu." Fakhri menawarkan bantuan pada ibunya. Ia tidak tega menyaksikan ibunya yang sakit berjuang menginput nilai-nilai harian.
Fakhri memapah ibunya ke tempat tidur.
Fakhri paham apa yang harus dikerjakan. Sudah sering, Fakhri diminta membantu ibunya menginput nilai. Hampir larut malam, Fakhri menyelesaikan pekerjaan ibunya.
***
Sukma ditelepon Ibu Uut. Ia menanyakan keadaan Sukma karena setiap hari Uut tidak pernah melihatVsukma di sekolah.
"Bu, Uut maunkasih tahu kalau Ibu Ayu positif," jelas Uut pelan dan lembut.
"Hah, apa Mbak?" Sukma bukan tidak dengar. Ia hanya ingin melepaskan keterkejutannya. "Jangan-jangan, saya juga ya Mbak?" Rasa was-was terbit dengan cepatnya.
"Nggak usah terlalu gusar. Ibu tenang ya. Insyaallah pastinsehat," Uut berusaha menenangkan Sukma.
"Mbak, Fia kan sudah dua hari sakit. Gejalannya sama persis dengan saya. Pagi ini, bangun tidur Fakhri juga demam," jelas Sukma.
"Kasih minum madu ya. Semoga cepat sembuh semuanya."
***
Sukma heran saat buang air besar kok tidak dapat mencium bau kotorannya. Diambilnya sabun mandi. Sabun yang biasanya harum semerbak kok kini tak ada sedikit pun aroma wanginya.
Begitu ke kamar, dia ambil botol minyak kayu putih. Ia borehi hidungnya. Tetap sama. Tak sedikit pun ia mencium bau menyengat minyak kayu putih.
"Yah, aku nggak bisa mencium bau apa pun," keluh Sukma pada suaminya.
"Ayah, Ibu,.... hidungku kok aneh ya?" tanya Fia yang tiba-tiba sudah ada di pintu kamar.
"Sudah, ayo kita ke Puskesmas saja semuanya!" Sukma mengajak kedua anaknya berobat.
Saat giliran konsultasi dengan dokter, Sukma minta rujukan swab. Dia ceritakan kalau dia ada kontak dengan teman kerjanya yang positif.
"Kedua anak saya juga sakit seperti saya, Dok. Gejalanya demam, pusing, batuk yang nggak mau berhenti, juga lemas." Sukma menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada dirinya dan juga anak-anaknya.
Sukma diminta untuk memfotocopi KK dan KTP. Surat pengabtar swab sudah didapat.
***
"Rame banget ya, Bu?" tanya Fia yang kaget dengan sitiasi di Krida Laksana, tempat swab yang disarankan dokter Puskesmas kemarin. Pagi ini, Sukma dan kedua anaknya dengan sabar menunggu prosesnya. Sampai akhirnya datang juga gilirannya untuk swab.
"Hatsi..." Fia bersin selesai hidungnya dicolok. Linangan air mata muncul dengan sendirinya. Ketiganya merasakan hal yang sama.
"Hasilnya akan lewat WA ya, Bu," jelas petugas. Akhirnya selesai juga swab untuk ketiganya. Rasa was-was bergejolak di samudra hatinya.
***
"Positif..." suara Sukma pelan membaca kata yang ditulis tebal di pdf hasil swabnya. Ia merasa sekujur tubuhnya lemas.
"Ibu, aku positif teriak Fia.
"Aku juga, Bu," kata Fakhri pelan.
Ketiganya menangis. Bayangan-bayangan buruk menghantui ketiganya.
Dering telepon mengagetkan Sukma.
"Selamat pagi. Benar ini dengan Ibu Supkarwati. Saya Bidan Nila. Satgas covid dari Puskesmas Kelurahan Kalisari. Ibu bagaimana kondisinya?" Satu persatu kalimat di seberang sana dicermati. Semua pertanyaan dicoba dijawab Sukma sesuai fakta yang dirasakannya.
"Nanti akan ada relawan yang datang memeriksa ibu dan anak-anak. Berdasarkan hasilnya, nanti kita tentukan langkah berikutnya. Apakah cukup isoman atau rujuk ya, Bu."
Baru selesai menerima telepon. Ani, adik Sukma masuk kamar.
"Teh, enin demam juga.' Penjelasan dari Ani, bagai petir lanjutan yang menyambar cepat.
^Astaghfirullaah... Bagaimana ini?" Sukma bingung luar biasa.
Ani yang sejak 3 hari lalu demam, kemarin juga swab. Hasilnya juga positif. Sudah 4 yang positif dan tinggal menunggu keputusan berdasarkan hasil pemeriksaan. Kini, enin yang manula juga demam. Semua lemas dan bingung. Namun, semua harus berbesar hati apapun suratan takdirnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang menarik
Tks