DARI ASRAMA HAJI KE BANDARA (tagur Menulis hari ke 10 di Gurusiana)
Sampailah kami di kamar penginapan diantar mobil asrama. Kamar saya dan ibu berbeda. Wah, harus nego dengan teman kamar yang lain agar saya dan ibu dapat sekamar sehingga saya dapat dengan mudah melayaninya. Kemudahan selalu ada. Saya bisa tukar dan sekamar dengan ibu. Alhamdulillaah.
Kami di kamar berempat. Saya dan ibu, calon jamaah dari Kramat Jati, dan doktet kloter. Selesai sarapan, kami istirahat sampai ashar untuk menghimpun tenaga. Ashar diwajibkan sholat di masjid asrama untuk langsung mengikuti manasik yang dipimpin oleh petugas dari Asrama Haji.
Pulang manasik, kami melintasi para pedagang. Banyak pedagang menyiapkan aneka kebutuhan. Saya masih merasa perlu membeli barang yang dibutuhkan. Topi lebar untuk saya dan ibu, botol minum untuk suami, dan kantung pipis. Ini bukan latah ya, tapi memang butuh.
Malamnya kami berusaha untuk beristirahat agar tidak kesiangan. Pukul 02.00 harus sudah siap. Mata tak bisa dipejamkan karena khawatir kesiangan. Dari pukul 12.00 asrama sudah riuh. Semua bergegas ingin cepat. Kami menunggu bus jemputan lama sekali. Bukan karena mobilnya terlambat jemput tetapi karena kami terlalu cepat siapnya. Akhirnya, kami menunggu lama di lobby. Kasihan juga saya dengan ibu. Beliau tidak biasa bergadang.
Akhirnya, bus jemputan tiba. Kami diturunkan di sebuah aula untuk acara resmi pelepasan. Pemeriksaan barang bawaan di koper kecil dan tas bawaan lainnya diperiksa ketat agar di bandara tidak ada pemeriksaan lagi. Acara pun berlangsung singkat dan kami diminta untuk naik bus yang mengantar ke bandara.
Di bus, hampir semuanya tertidur lelap. Begitupun saya dan ibu. Kami baru terbangun setelah bus sampai di Bandara Soeta. Kurun dari bus kami dan langsung diarahkan untuk sholat subuh. Tempat sholat tidak sebanding dengan jumlah calon jamaah yang subuh itu ada di sana. Apa mau dikata. Harus sabar. Latihan terus untuk sabar.
Antriean begitu panjang. Ibu saya yang jalannya tertatih tidak mau ditawari pakai kursi roda. Namun, kami berdua sigap. Dua koper dibawa suami dan saya menarik 1 koper di tangan kiri sambil tangan kanan saya menggandeng ibu.
Setelah antrean panjang itu, akhirnya giliran masuk ke pesawat pun tiba. Pramugari dan pramugara yang ramah siap menyambut kami dan membantu menaikkan koper kecil ke bagasi atas. Saya mendapat posisi di bagian tengah depan toilet tengah. Alhamdulillaah sehingga kaki kami dapat leluasa bergerak.
Pesawat pun mulai take off pukul 08.00 WIB. Awalnya semua hening dan tertidur. Namun karena perjalanan hampir 8 jam, akhirnya mulai ramai juga. Ada yang ke kamar mandi, berbincang, dan uniknya ada yang sengaja duduk ngedeprok di bawah.
Perjalanan di atas udara, membuat saya harus memasrahkan diri saya dan ibu agar Allah melindungi perjalanan kami. Pesawat terbang lancar dan aman mengantarkan kami sampai di Bandara Amir Muhammad di Madinah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar