Delapan jam penempuh perjalanan udara dengan Pesawat Garuda membawa banyak kisah seru. Perjalanan mewah yang cukup menyenangkan. Keramahan pramugari, menu makanan nikmat, sarana yang bersih dan nyaman benar-benar luar biasa.

Sampailah pesawat di Bandara Amir Muhammad. Saya dan suami menunggu giliran bernjak dari kursi setelah semuanya sepi. Biarlah paling belakang agar dapat membawa Emak nyaman berjalan untuk keluar dari pesawat. Tawaran naik kursi roda dari pramugari ditolak emak. Kami pun mengikuti apa maunya beliau.

Berjalan perlahan bersama sambil membawa 3 koper kecil. Seperti biasa, suami membawa 2 sedangkan saya membawa 1 dengan tetap menuntun emak. Lintasan bidang miring jelas mempermudah semua penumpang untuk turun. Di sini masih hawa dingin karena koridor jalan masih tertutup rapat dan masih ada hawa AC.

Akhirnya, bidang miring berakhir. Selanjutnya anak tangga menjadi pilihan untuk kaki dapat berpijak di tanah Madinah. Meski agak sulit melangkah, anak tangga dapat ditaklukkan. Tangan emak memegang kuat tangan saya. Sepertinya, beliau berharap banyak dari saya untuk memberikan bantuan kemudahan baginya untuk melangkah.

Upsh...hawa yang beda menerpa pipi. Cukup kencang dan hangatnya berbeda. Inilah hawa yang menyambut kedatangan kami di Tanah Madinah. Air mata haru muncul mengiringi rasa syukur kami karena Allah telah memberikan kesempatan untuk sampai di Madinah. Alhamdulillaah.... Semuabtentu atas izin Allah.