Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM) sedang betul-betul dinikmati oleh guru dan peserta didik. Pagi-pagi menjadi kegiatan yang penuh semangat. Pagi-pagi sudah rapih dan segera berangkat karena mau sama-sama beraktivitas di sekolah. Tatap nyata yang tak.pernah terjadi sedang benar-benar disyukuri. Lantas bagaimana jadinya, jika PTM terpaksa harus dihentikan dan digantikan kembali dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sedihkah atau gembira?

Beberapa sekolah di Wilayah Jakarta sudah kembali ke PJJ karena adanya peserta didik dan guru yang terpapar varian covid-19. Sesuai juknis yang dikeluarkan, jika ada kasus maka sekolah harus segera ditutup untuk disterilkan. Itu berarti PTM dihentikan dan diganti dengan PJJ dengan jumlah hari yang ditentukan. Ada yang 3 hari tutup lalu kembali normal. Jika ada kasus lagi maka dilakukan hal yang sama.

Mau tidak mau, suka tidak suka PJJ kembali jadi pilihan. Akan ada lagi masa yang memisahkan guru dengan peserta didiknya. Lagi suka cita dengan PTM, tiba-tiba harus terpisah dalam jarak. Kembali bertemu dalam tatap maya. Ibarat kekasih yang ber-LDR ria. Bertemu tapi rasanya gitu deh...

Semoga semangat PJJ-nya seperti PTM ya. Pagi-pagi sudah mandi, berseragam, sarapan lantas siap masuk ruang kelas maya. Duduk manis membuka gagetnya untuk saling beribteraksi dalan semangat belajar yang satu frekuensi. Jangan rebahan dan tetap antusias. Semangat yo.....! Pasti bisa!

Semoga nggak lama ya PJJ-nya biar guru bisa lihat peserta didiknya berkompetisi di kelas. Kalau tatap-tatapan mudah memotivasinya. Jangan ada malas di antara kita..... Uhuy....!