MASIH TERSIMPAN RAPIH ( Tagur hari ke 15 Menulis di Gurusiana)
Kamis sore, saya dapat kabar duka dari tetangga masa kecil di Pondok Karya. Mas Gun, suami dari Mbak Indah, salah satu tetangga di sana meninggal dunia. Saya langsung mnelepon Mbak Indah. Panggilan WA saya diangkat. Saya sampaikan rasa turut berbela sungkawa sambil memberikan doa tulus. Sekaligus, saya sampaikan permohonan maaf kalau tidak bisa ta'ziah.
Lepas maghrib, baru saya sampaikan kabar duka itu ke emak. Beliau langsung minta diantar melayat.
"Nggak usah sekarang ya, Mak. Hujan. Pasti macet. Nanti kalau saya ada waktu pasti kita ke sana,."
Beliau cukup mengerti. Setelah itu, saya layani pertanyaan-pertanyaannya tentang Indah, Mas Gus, serta kedua anaknya. Emak masih mengingat semuanya.
Sabtu ini, saya sudah katakan ke suami dan anak-anak kalau hari ini saya akan bawa enin (panggilan anak-anak ke emak saya) ke Pondok Karya. Bukan hanya untuk ta'ziah tetapi juga untuk menjenguk Ibu Sulis, tetangga dekat yanng sudah seperti saudara,. Beliaiu yang lebih sepuh dari emak habis sakit juga. Sekarang belum mampu berjalan. Lebih dari itu, bermain ke Pondok Karya berarti juga kesempatan membuka semua kenangan masa kecil kami.
Sampailah kami di Pondok Karya. Seperti biasa, tempat yang pertama akan kami datangi adalah rumah Ibu Sulis. Saya saksikan emak dan Bu Sulis berpelukan erat. Maksud hati mungkin keduanya ingin berbagi cerita dan saling bertanya. Namun, komunikasi agak kurang lancar. Maklum keduanya sudah sepuh. Jadilah saya dan Tri, anak Ibu Sulis sebagai penyambung komunikasi.
Habis sholat dxuhur, barulah saja ajak emak ke rumah Indah. Kami disambut oleh Galan, anak bungsungnya Indah.
"Ini siapa?" Tanya emak.
"Aku Galan, Mak," jawab Galan sambil mencium tangan emak.
"Kok, Kamu sudah gede ajah," ungkap emak kebingungan. Kami memang sudah lama tidak bertemu. Apa mungkin yang ada dalam benak emak adalah Galan di masa kecil? Entahlah.
Emak dan Indah berpelukan dalam tangis. Emak membisikkan nasihat buat Indah.
"Mas, Gun sakit apa?" tanya emak kemudian.
"Nggak ada keluhan sebelumnya , Mak," jawab Indah dalam isakan tangisnya.
"Orang lagi tiduran sambil nonton TV. Tahu-tahu miring terus kedengeran suara ngorok keras."
Sesudahnya emak justru cerita tentang kebiasaan Mas Gun di masa lalu kalau setiap datang di hari raya. Rumah kami kalau hari raya memang menjadi tempat berkumpul tetangga saling bercerita banyak hal.
Emak lancar cerita tentang masa lalu kami: anak-anak dan tetangganya. Semuanya masih tersimpan rapih diingatannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi
Semangat bersilaturahmi mengenang masa lalu. Salam hormat buat emak. Semoga emak selalu sehat. Salam literasi.
Semangat bersilaturahmi mengenang masa lalu. Salam hormat buat emak. Semoga emak selalu sehat. Salam literasi.
Keren ibu ulasannya. Salam sukses selalu.