SUPKARWATI

Supkarwati. Boleh dipanggil Wati, Sup, Ucup. Lahir di Jakarta tanggal 25 Juni 1971. Pendidikan yang pernah ditempuh SD Bhayangkari 2 Jakarta, SMP Negeri 141 Jak...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENEMUKAN KUNCI GEMBOK YANG HILANG (bagian 3) Tagur hari ke 22

MENEMUKAN KUNCI GEMBOK YANG HILANG (bagian 3) Tagur hari ke 22

Arah ke jalan Poncol cukup padat. Pasar kaget yang dilewati cukup ramai. Pedagang sudah banyak. Begitupun para pembeli, angkot mangkal, puluhan sepeda motor, memenuhi ruas jalan. Suara mesin kendaraan dan klakson terdengar cukup bising.

Ibu Lila merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya yang miring. Ada rasa pegal di sekitar punggungnya. Beban tas gamblok di punggungnya lumayan berat. Tangan kirinya juga cukup repot nenahan tas tangan. Sementara, telapak tangannya menggenggam erat kertas putih. Kepalanya pun mulai cenat-cenut akibat tekanan helm yang agak kesempitan. Sebuah perjuangan hebat.

Dengan bantuan maps, sampailah Ibu Lila diantar anaknya ke Jalan Poncol. Lokasi yang belum pernah ia lewati. Begitu terbaca angka RW yang sama dengan alamat yang dicari, Ibu Lila meminta anaknya berhenti.

"Stop, A! Ini sudah RW 02." Motor berhenti. Ibu Lila segera turun. Tanpa membuka helm, ia menuju warung buah. Naik kembali dan motor dibawa anaknya balik arah. Tidak sampai 200 meter, motor kembali berhenti. Ibu Lila kembali bertanya. RT 05/RW 02 sudah ditemukan. Sekarang saatnya mencari nomor rumah 35.

Helm dibuka karena rute gang yang dilalui cukup padat. Diamati setiap nomor yang ada di dinding rumah. Rupanya tak berurutan.

"Halo....! Bisa bantu ibu cari nomor rumah 35?" tanya Ibu Lila. Anak-anak yang sedang bermain di gang dengan serentak bubar. Masing-masing sibuk mencari tapi nggak berhasil. Lila kembali berjalan perlahan sambil terus tengak-tengok.

"Maaf Mbak, tahu nomor rumah 35?" tanya Ibu Lila pada seorang perempuan muda yang sedang menyapu halaman. Dari dalam muncul seorang ibu tua yang berjalan agak sulit.

"Cari aiapa? Barangkali Ibu bisa bantu."

Ibu Lila menyerahkan kertas putih di genggamannya. Di sana tertulis alamat beserta nama ayah dan ibu Muji.

"Wah, saya kenal nih. Sudah cerai kan?" Pertanyaan ibu tua itu dijawab gelengan oleh Lila. "Ayo, saya tunjukin!" ajak ibu tua. Lila berjalan pelan mengiringi langkah ibu tua itu. Sementara, anaknya mengikuti dari belakang.

Sampailah di sebuah rumah tua bertingkat. Halaman penuh oleh 3 sepeda motor yang terpakir. Dari luar terlihat seorang anak laki sedang bermain gitar.

Hem...seperti Muji.

Kunci gembok yang menutup rapat misteri keberadaan Muji dan ibunya sepertinya sudah ditemukan. Semua akan terbuka. Kondisi ini justru menimbulkan hawa tak nyaman. Ibu Lila panas dingin dan agak gemetar. Ia coba menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post