PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA YANG MENYENANGKAN
“Kalau Ibu minta kamu mengerjakan tugas dengan mengirim hasil karya lewat email dan youtube menyusahkan Kamu ya?” tanya seorang guru bahasa Indonesia kepada siswanya di kelas.
“Enggaklah, Bu!” jawaban serempak dari siswanya.
“Asyik-asyik saja kok!” jawab satu siswa dengan penuh antusias.
Wah, ini sebuah pertanda adanya kebahagiaan belajar. Tentu ini dihasilkan dari adanya kehebatan dari gurunya mampu meramu pembelajaran bahasa Indonesia di kelasnya. Bagaimana ya caranya supaya seorang guru bahasa Indonesia merdeka meramu pembelajaran dan siswanya tetap merasa bahagia.
Sebagai guru yang merdeka di Kurikulum Merdeka, untuk pembelajaran dalam 1 semester, saya hanya melatih 2 teks saja tetap dengan dengan 4 elemen keterampilan berbahasa. Teks yang tertera dalam buku paket, tidak semuanya saya pakai agar pembelajaran jadi lebih mendalam. Setiap kompetensi yang dipilih yang paling mendasarkan dan memberikan peluang peserta didik untuk pandai menganalisis, bernalar, memiliki keterampilan abad 21, serta pandai memanfaatkan IT.
Sebagai contoh, dalam teks deskripsi misalnya saya tetap memberikan 4 elemen keterampilan: memirsa atau mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Di dalamnya ditentukan kompetensi yang ingin dicapai, bentuk pembelajarannya, media, dan alat penilaiannya.
Di elemen memirsa atau mendengarkan, peserta didik diajak menonton tayangan video deskripsi suatu tempat, suatu benda, atau suatu peristiwa. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kemampuan menyerap informasi dan kemampuan menyimpulkan ciri video deskripsi. Bentuk pembelajarannya dimulai dengan berkelompok lalu pembelajaran yang sifatnya individual. Alat bantunya dapat berupa LK sederhana. Kalau dikelompok, akan ada kesempatan peserta didik memaparkan hasil kerjanya. Tidak perlu semua kelompok memaparkan. Kelompok lainnya memberikan pendapat. Di sinilah peserta didik dilatih memiliki kemampuan analisis, bernalar kritis, dan keterampilan berkomunikasi. Penilaian selanjutnya dapat dilakukan secara indivual baik berupa tes tertulis dengan berbagai variasi bentuk soal.
Di elemen membaca, setiap kelompok dapat diberikan 1 teks deskripsi. Jenisnya tidak sama. Peserta didik diminta pendapatnya mengapa teks ini termasuk teks deskripsi dengan mencarikan buktinya. Kompetensi lainnya adalah menyimpulkan struktur dan unsur kebahasaan teks dengan langsung mencari contohnya dalam teks. Setiap contoh yang ditemukan dalam teks dituliskan hasilnya di papan oleh wakil setiap kelompok. Dengan cara ini, peserta didik akan memperoleh banyak contoh sehingga wawasan tentang unsur teks deskripsinya sangat kaya. Pengetahuan konseptual ciri, struktur, dan unsur kebahasaan, akan menjadi modal untuk mereka ketika membuat teks desripsi baik secara lisan ataupun tulisan.
Bagaimana halnya dengan elemen berbicara? Peserta didik diajak untuk belajar mendeskripsikan benda atau orang kesayangan yang dimilikinya di rumah. Mereka akan berlatih berbicara dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan menyebar rata kemampuan peserta didiknya. Kelompok jadi heterogen. Yang pintar dan terampil akan dapat diminta bantuannya melatih temannya yang kurang pintar atau masih malu-malu berbicara. Pengetahuan bagaimana berbicara yang baik sudah mereka dapatkan sebelumnya ketika memirsa. Guru harus pandai mencari model yang baik. Guru pun juga harus memiliki tayangan youtube sendiri untuk teks deskripsi.
Di elemen menulis, peserta didik berlatih membuat sendiri teks deskripsi tentang tempat yang pernah dikunjungi disertai dengan gambar tempatnya. Mereka juga diberikan kesempatan membuat video deskripsi yang diunggah di youtube.
Kalau guru mampu meramu pembelajaran dengan memanfaatkan beraneka sumber belajar (Maaf, bukan hanya bergantung pada buku teks), menjadikan dirinya model penghasil produk bahasa, dan mengelola kelas dengan mengasyikkan, maka rasanya sudah jadi bukti kalau dia begitu merdeka menjadi guru dalam menentukan pembelajaran.
Kalau peserta didik langsung bersentuhan dengan sumber belajar, membangun sendiri pengetahuannya, dan melatih aneka kecakapan hidup dengan gembira, maka sangat dijamin belajarnya jadi mengasyikkan. Bukan melulu hanya dengarkan guru ceramah sampai terkantuk di dalam kelas.
Bagaimana, mudahkan memerdekakan diri dalam mengajar? Mudah juga kan membuat pembelajaran jadi mengasyikkan dan bermakna? Semoga tulisan ini dapat menginspirasi teman-teman.
Kalisari, 150520023 menjelang pukul 24.00
Supkarwati dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 juni 1971. Guru Bahasa Indonesia ini tamatan S2 IKIP Jakarta. Ia telah menerbitkan 1 buku solo berupa kumpulan cerpen “Bingkai Cinta Buat Atok”. Ada puisi, 1 cerpen, dan 1 cerita inspirasinya yang ikut diterbitkan dalam buku antologi bersama penulis lainnya. Kritik dan saran untuknya dapat dikirimkan ke surel [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar