PENYESUAIAN DIRI MEMANG BUTUH PERJUANGAN (tagur hari ke 24)
Beberapa waktu yang lampau, saya mencoba mengembangbiakan pohon miana. Batang pohon yang sudah tua saya potong, dibersihkan daun-daunnya, lalu saya tanamkan batang itu mendatar. Harapannya, dari batang yang saya tanam akan bermunculan banyak tunas daun yang akan menyembul ke permukaan tanah.
Dari 5 batang yang saya tanam hampir sebulan yang lalu, muncullah daun-daun miana. Jumlahnya tidak banyak. Hanya ada 4. Ukurannya pun berbeda-beda. Batang mana yang mampu bertahan dengan nutrisi yang ada dan segera mampu memunculkan akar-akar pencari nutrisi, tentu akan mampu menumbuhkan tunas-tunas daun. Besaran daunnya bergantung seberapa besar pada akarnya dan batang barunya. Batang yang tak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, pasti akan mati kering dan tidak berkembang dengan baik.
Cerita saya di atas bisa dianalogikan dengan kemampuan seseorang berdaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan menyesusaikan diri dengan lingkungan sangat amat dibutuhkan.
Saya teringat pada guru psikologi pendidikan di sekolah saya, Sekolah Pendidikan Guru Negeri 1 Setiabudi. Kami memanggilnya Ibu Qoqom. Menurut beliau, penyesuaian diri seorang manusia ada 2 cara. Manusianya yang menyesuaikan diri dengan baik atau lingkungan yang menyesuaikan. Katanya, yang paling menghasilkan ketahanan yang baik adalah manusianya yang menyesuaian diri.
Kepandaian penyesuaikan diri buat manusia bukan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh banyak stimulus untuk memunculkannya. Dilatih dari sejak seorang calon janin selagi ada dititipkan di rahim ibunya. Berikan ia respon positif. Biasakan ibunya kuat menghadapi masalah. Begitupun saat ia sudah ada di bumi. Sayang boleh, tetapi anak juga perlu bisa belajar menyelesaikan setiap persoalan hidupnya. Jangan biasakan jadi anak cengeng yang selamanya harus dibantu. Ajari dia menyelesaikan persoalan yang muncul saat ia berinteraksi dengan lingjungan sosialnya.
Kebiasaan yang sebentar-bentar membantu dan maaf menjadi pembela anak-anak ketika bermasalah dengan lingjungan atau temannya akan membuat si anak tak mampu bertahan dalam menyesuaikan diri. Tugas orang tua adalah memotivasi dan menjadi teman bercerita. Soal berkemampuan menghadapi masalah, biarlah anak yang belajar menghadapinya.
Kehidupan di luar diri anak beragam. Semakin anak mampu menyesuaikan diri dan berkembang tetap menjadi pejuang tangguh, pasti keren. Yang penting, juga kita lakukan adalah senantiasa kita lindungi anak-anak lewat atmosfer doa yang kita panjatkan. Semoga anak-anak kita mampu menjadi anak yang tangguh dan senantiasa mendapat perlindungan.
Penyesuaian diri memang butuh perjuangan. Alam mengajari anak-anak untuk mampu berjuang. Apakah akan kita biarkan diri anak-anak kita mampu bertahan, bereaksi, atau kalah tergempur oleh rasa cengeng? Semuanya butuh perjuangan. Mudah-mudahan kita mampu menjadi orang tua yang melihat anak-anak kita seperti daun-daun miana yang tumbuh segar karena mereka mampu bertahan dan menyesuaian diri dengan baik dengan lingkungannya. Semangat berjuang ayah dan bunda!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar