TAK MAMPU KUBENDUNG
"Ya, kamu ke sini dulu!"
Kudengar jelas panggilan Ibu Wanti, wakil kepala sekolahku. Namun, aku cepat memalingkan wajahku. Aku pura-pura tidak mendengar. Ini pasti soal kerudungku yang tak ada bordiran bendera dan namaku. Kenapa sih harus ketahuan juga padahal kerudung sudah aku tarik ke belakang sebelum masuk gerbang tadi.
"Hei, ayo Kamu sini! Jangan pura-pura nggak dengar!"
Gawat nih. Aku betul-betul nggak bisa mengelak. Segera kupasang wajah cemberut. Sebal! Ini kali ke dua aku ketahuan lagi memakai kerudung polos. Bu Wanti lagi. Selasa, dia juga yang melihat pelanggaranku.
"Kenapa, Nak? Kerudung bernamanya hanya punya satu?"
Aku diam tak memberikan jawaban. Aku pura-pura sibuk mencari-cari map pelanggaran kelaski?
"Kamu Naza kan dari VIII-E?"
Aduh, ternyata Bu Wanti masih ingat namaku. Aku tambah sebel. Raut muka cemberutku semakin aku stel. Kutarik bibirku untuk menahan segala rasa.
"Yuk, ikut ibu! ajak Bu Wanti.
Kuikuti beliau. Ternyata aku diajak ke ruangannya.
"Duduk!"
Aku pun segera duduk di sampingnya. Sungguh semua mendadak adi dingin. Bukan karena hawa AC di ruangan ini tetapi.karena rasa di hati. Entah rasa apa?
"Ayah dan ibumu apa kabar? Mereka berdua kerja?"
Aku menggeleng tanpa menjawab sekata pun. Hanya air mata yang kemudian membahasahi bola mataku. Banjir dan tak dapat dibendung lagi. Pertahanan emosinya bobol. Semua tumpah bersama dengan iskan yang mengguncang dadaku.
"Mengapa nggak kerja? Apakah sakit?" Tanya Bu Wanti soal ayah dan sakit akhirnya memberikan aku keberanian untuk menjawab.
"A..a..ayah struk, Bu," jawabku terbata di antara isak yang semakin keras. Penglihatanku terhalang air mata.
"Baik, ibu ikut prihatin ya," kata Bu Wanti sambil memberikan 2 helai tisue. Tangan Bu Wanti mengelus lembut punggungku.
"Terima ini untuk membuat bordiran di jilbabmu. Sekarang tarik napas panjang sambil istighfar. Maafkan ibu ya? Semoga ayahmu lekas sehat."
Episode ini justru semakin membuat hatiku basah. Semua benar-benar tak dapat terbendung lagi. Terbayang wajah ayah yang hanya bisa tergeletak di tempat tidurnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi