BELAJAR DARI KUCING DAN LABA-LABA (1)
Semarang, 23 Pebruari 2020. Kedengarannya kurang familier, kucing dan laba-laba. Lain halnya jika sego-kucing, atau angkringan kucingan. Pasti lebih familier. Khususnya bagi rakyat kecil, atau mereka yang terpinggirkan. Hanya dengan uang recehan mereka bisa memberikan kepada pengunjung untuk menikmati sebungkus nasi, sekadar mengganjal perut yang kosong.
Sebungkus nasi kira-kira tujuh sendok makan, dan sepotong daging ayam seukuran 3x4 cm2 dibumbu rica-rica pulus kuah dua sendok makan atau lauk bumbu lainnya dikemas dalam plastik bening. Satu bungkus seharga Rp.2000,- Ya. Hanya dua ribu rupiah. Segelas teh tawar seharga seribu rupiah. Sudah cukup memberikan kalori untuk aktifitas pagi hari. Tentu saja bagi yang porsi besar, mereka bisa habiskan tiga atau empat bungkus.
Hampir menjamur orang berjualan sego kucing. Alih-alih itu menjemput rezeki. Yakinlah bahwa rezeki yang Allah berikan itu tidak akan pernah salah alamat. Terkadang kita yang salah alamat menjemputnya. Mengapa? Bisa jadi kita tidak yakin setiap rezeki yang akan menemui kita, pasti memberikan tanda. Kita yang kurang arif membaca tanda-tandanya. Bisa jadi kita terlalu bersemangat mencarinya tanpa bantuan peta rezeki. Sehingga kita tidak pernah menemukan posisi tepatnya rezeki yang dijemput. Bisa jadi kita kurang bersyukur dan bersedekah, agar rezeki itu segera sampai di alamat yang benar, alamat yang kita sinyalkan.
Terus kenapa Kucing dan Laba-laba, dihubungkan dengan rezeki? Maaf saya tidak bermaksud menggurui, meskipun saya pernah jadi guru. Tapi saya mencoba belajar banyak dari Kucing dan Laba-laba. Kemudian saya kaitkan dengan kegiatan ikhtiar menjemput rezeki, yang kita lakukan.
Kucing itu, porsi makannya sedikit. Setiap kali makan habis tak tersisakan. Kucing itu heterotof. Ia mengandalkan belas kasih majikannya. Bukan begitu! Takdir rezeki untuk Kucing mungkin seperti itu. Ikhtiarnya dengan mengeong pada sesiapa yang memeliharanya. Maka ia akan menjadi Kucing rumahan. Semua rezekinya disediakan Allah melalui majikannya. Beda dengan Kucing liar. Ia akan menunjukkan jatidirinya sebagai carnivora sejati. Ia akan selalu mengasah cakar dan membersihkan taringnya agar dapat menangkap makanan dengan berburu tikus atau ular kecil. Ikhtiarnya lebih bersemangat.
Allah menakdirkan laba-laba berbeda dengan kucing. Takdir laba-laba dalam menjemput rezekinya dengan ikhtiar yang kuat. Allah mengilhamkan kepada laba-laba ilmu teknik bangunan, teknik jaringan komunikasi tanpa laba-laba harus mengikuti uji sertifikasi bahkan tidak perlu sekolah sampai master atau doktoral. Pernahkah mengamati bagaimana Laba-laba membangun sarangnya?
Sebelum Laba-laba membangun sarangnya, ia melakukan semua ikhtiar sesuai POSnya. Masak sih, Laba-laba punya petunjuk operasional standar? Tidak ada Laba-laba yang membangun sarangnya tanpa prosedur. Sebelum ia membangun sarang pastilah telah melakukan observasi. Di titik mana ia akan pancangkan titik jala rezekinya. Cobalah amati dengan cermat. Barangkali pengamatan saya yang kurang cermat.
Laba-laba membangun sarangnya dengan memancangkan titik pancang rezekinya di delapan titik. Ini berarti delapan penjuru mata angin. Kemudian dirajutnya jaringan dari satu jalur rezeki ke jalur rezeki lainnya dari yang paling luar, hingga yang sampai titik di pusat pertemuan delapan jalur rezekinya. Semua jalur dihubungkan dengan jaringan komunikasi yang luar biasa pekanya. Laba-laba menempati di titik sentral, layaknya CEO yang mengendalikan perusahaannya. Siapa yang mengajarkan ilmu hebat itu kepada Laba-laba? Allah azza wa jalla. Allah yang mengilhamkan kepada Laba-laba. Dengan begitu Allah menjamin semua makhluk ciptaan-Nya mendapatkan rezekinya secara adil. Subhanaallah.
Karena itu, sekiranya Anda pengusaha sego kucing, maka pantas belajar dari Kucing dan Laba-laba. Karena rezeki Allah, yang Anda jemput itu akan lebih cepat jika Anda mengombinasikan ilmu kucing dan ilmu Laba-laba. Bangunlah titik-titik rezeki dan hubungkan dengan jaringan menjadi jalur lintasan rezeki.
Paduan kedua ilmu itu akan lebih sempurna, dalam hal menjemput rezeki jika dibarengi niat ikhlas, bersyukur dan bersedekah. Apalagi jika Anda pasang tulisa dengan MMT “Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya” Insyaa Allah angkringan kucingan Anda akan semakin laris dan Anda akan dapat membangun delapan, bahkan lebih titik-titik rezeki yang lain. Jangan bertanya apakah saya sudah membuktikannnya. Karena ikhtiar itu wajib kita lakukan. Hasilnya kita berserah diri pasrah kepada Allah ta’ala. Yang Mahakaya, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Pemberi. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi tabungan amal penulis dan pembacanya di masa depan. Ighfirlana ya Rabb. Barokallahulana wa iyyakum.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Rezeki Allah itu tidak akan salah alamat. Allah menjamin setiap ciptaannya dengan rezeki semenjak awal dia diciptakan. Tetapi Allah ta'ala tidak menjamin setiap manusia masuk surgaNYA. Hanya yang memenuhi Syarat dan Ketentuan Berlaku, boleh tinggal di surgaNYA. Insyaa Allah.