Semarang, 29 Maret 2020. Membingkai Kata Menjadi Mutiara.(Bagian pertama dari dua tulisan)

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillah, Allahumma aamiin.

Saya yakin ini bukan suatu kebetulan. Semua terjadi atas kehendak dan menjadi skenario Allah ta'ala untuk kita semua.

Karena itu sudah seharusnya puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah ta'ala, Selawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad shala allahu alaihi wasallam. Terima kasih teman-teman yang meluangkan sedikit waktu untuk belajar bersama di sini.

Membingkai Kata Menjadi Mutiara.

Ingat bagaimana mutiara terbentuk dari sebutir pasir yang nyasar (?)

Bukan nyasar. Melainkan qudarullah! Allahu Akbar.

Sebutir pasir itu jika tidak masuk ke tubuh Kerang Mutiara ( Pinctada maxima ) maka ia akan terhempas ke tepian pantai dan manfaatnya beda. Akan halnya yang masuk ke tubuh Kerang maka butiran tadi akan diselimuti lapisan mutiara yang dihasilkan oleh bagian tubuh kerang yang disebut nakreas. Sampai suatu masa tiba, butiran itu bisa dikeluarkan alami dan bisa dipaksa keluar oleh tangan-tangan kasar manusia (karena tak pernah pakai lotion, kale ya)

Terus apa hubungannya dengan menulis puisi?

Mutiara itu sesuatu yang indah, terbentuknya melalui proses yang panjang, ukuran keindahannya bervariasi. Manakala sudah tersentuh oleh daya imajinasi dan kreasi manusia maka akan mendatangkan pesan eksotisme si pemakai. Pasti dalam hati kita akan bertanya “berapa harganya, ya? Kalau jadi reseller caranya bagaimana? Kontak personnya siapa? Bla..blaa…blaa.!

Tanpa tindakan tak pernah kita mendapatkan rasa eksotisme dan pesan yang di bawa Sang mutiara. Begitu pun butiran mutiara itu jika tidak dibingkai maka akan beda penghargaan yang diberikan. Kira-kira bisa gak ya puisi kita buat menjadi senilai mutiara. Pasti bisa. Cobalah!