SUPRIYADI, Drs, S. E, M. Pd

Lahir di Surabaya 24 Nopember 1966, nama pena Supriyadi Bro. Bertempat tinggal di Desa Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto. Membaca dan menulis adalah kes...

Selengkapnya
Navigasi Web
PANASNYA HUJAN

PANASNYA HUJAN

#TagurMenulisHariKe218

#Pentigraf

#SupriyadiBro

PANASNYA HUJAN

Hidup di perantauan harus siap dengan batu kerikil kehidupan. Langkah Mahesa menapaki jengkal kehidupannya di kota besar Surabaya, bahkan tidak pernah surut aral rintang menghadang setiap hentakan nafas. Suasana hatinya kini temaram bahkan cenderung membara. Kenangan bersama kekasih di malam sepi berselimut dingin hujan, kembali menganga tiada bertabir lagi. Mata dan hatinya menerawang jauh tanpa batas, sesekali hembusan nafas panjang menghela. Rasa sentuhan baju basah dan hangat himpitan gairah Lely masih melekat dalam di ingatannya. Tapi kini hempasan hujan yang dirasakan, benar-benar mendidihkan amarahnya. Lely dengan tega melukai dengan tikaman tepat di ulu hati, saat Mahesa berupaya untuk bisa mepersuntingnya.

Waktu dan jarak mampu menghapus lukisan langkah kehidupan. Semenjak Lely kuliah di Peking University, seakan kehilangan rasa hangatnya cinta. Komunikasi awal ketika baru sampai di kampus yang terkenal dengan “Yan Yuan” (taman Yan) dekat dengan Distrik Haidian di pinggiran Barat Beijing. Setelah itu bagai terbawa angin tanpa kejelasan, hp nya tidak pernah bisa dihubungi.

Kenangan Mahesa akan Lely, kembali terputar tanpa bisa dikendalikan. Benih cinta berawal dari keakrabannya sebagai sesama pengurus OSIS di masa SMA. Sebagai kekasih baru, banyak kemanjaan Lely curahkan. Berpetualangan berdua atau bersama sahabat lain, menyusuri berbagai lokasi wisata. Dunia benar-benar berbunga dalam keharuman cinta dua sejoli ini. Kenangan di malam ulang tahun Lelly, tak mungkin terhapus begitu saja. Malam itu hujan deras, Mahesa nekat mendatangi rumah kekasihnya tersebut dan mengajak keluar ke sebuah vila untuk merayakan ulang tahun kekasihnya. Tiba- tiba Mahesa tersadar dari lamunannya dan menarik nafas panjang saat berteduh, diambilnya kembali dan dibaca berulang kali kertas yang tersimpan di kantung jaketnya. Beberapa kata yang cukup tajam menghujam, "Mas, maaf kan Lely tidak pernah kirim kabar. HP ku hilang saat perjalanan, aku kehilangan kontakmu. Kabar baik semoga bersamamu, datang ya dipernikahanku. Aku dapatkan nomormu dari Melda sahabat kita." Sebelum tuntas membaca, hati Mahesa sudah meledak- ledak kecewa dan amarah. Walau hujan turun makin lebat, Mahesa lajukan kendaraannya cukup kencang. Air hujan seakan kehilangan dinginnya, menjelma jadi api pembakar jiwa. Panas hujan membakar kenangannya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak sukses selalu

21 Nov
Balas



search

New Post