Supriyanto,M.Pd

Kasihilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit mengasihimu...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERBAGI TAKKAN PERNAH RUGI
Berbagi motivasi dengan siswa kelas IX calon peserta UN/USBN

BERBAGI TAKKAN PERNAH RUGI

BERBAGI TAKKAN PERNAH RUGI

Oleh : SUPRIYANTO, M.Pd

Suatu hari di tepian Sungai Brantas yang sejuk, ada dua orang pemancing yang begitu asyik menikamti acara mancingnya. Mereka berdua dikenal orang sebagai pemancing handal yang selalu berhasil mendapatkan ikan yang banyak ketika memancing.

Di tengah keasyikan mereka memancing itu, datngalah beberapa orang yang ingin diajari ilmu memancing yang baik dari mereka. Mereka terus merayu dan membujuk keduanya agar bersedia mengajari mereka cara memancing ikan yang baik.

Pemancing pertama dengan pongahnya menolak permintaan mereka. Dia berfikir jika ilmu memancing itu diajarkan kepada mereka, maka akan ada semakin banyak pesaing dalam arena pemancingan tersebut. Dan kesempatan untuk mendapatkan hasil pancingan pasti akan terus berkurang karena akan diambil oleh mereka.

Pemancing kedua bersikap sebaliknya. Dengan ramah dan senang hati dilayanilah permintaan orang-orang tersebut. Dia bersedia mengajari mereka ilmu memancing dengan satu syarat. Syarat itu adalah : Jika setiap dari mereka berhasil mendapatkan sepuluh ekor ikan dalam setiap kali memancing, maka mereka harus memberikan satu ekor ikan hasil pancingannya ke keranjang ikan pemancing kedua tersebut. Orang-orang itu tidak keberatan dengan syarat pemancing kedua. Dan merekapun belajar memancing dengan sangat baik.

Tak berapa lama kemudian, keranjang ikan orang-orang tersebut mulai terisi dengan ikan hasil pancingan mereka. Begitu pula dengan kedua pemancing handal tersebut. Mereka sama-sama berhasil mendapatkan ikan yang banyak. Namun bedanya, orang-orang yang tadinya belajar memancing itu, mulai memasukkan hasil pancingannya ke keranjang pemancing kedua. Begitu banyak yang mereka masukkan sehingga keranjang ikan itu dengan cepatnya terisi penuh. Lebih cepat dari keranjang ikan pemancing pertama.

Sahabat, Boleh jadi kita menjadi demikian pelit dalam beramal dan berbagi dengan orang lain. Padahal begitu banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan ringannya kita beramal dan berbagi bersama orang lain. Ya, berbagi dengan ketulusan hati.

Allah SWT telah menjanjikan bagi orang yang meringankan urusan saudaranya, maka urusannya di dunia dan di akhirat akan dimudahkan-Nya. Bagi saiapa yang membantu satu urusan saudaranya sampai selesai maka pahalanya di sisih Allah lebih baik dari pahalanya umroh dan haji. Barang siapa mengajarkan dan memberi contoh kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya sendiri ditambah pahalanya semua orang yang melakukan kebaikan atas ajarannya atau yang mencontoh perbuatannya tersebut.

Apalagi jika kita berbagi ilmu. Semakin banyak ilmu yang kita bagikan maka akan semakin banyak kebaikan yang kita dapatkan. Semakin banyak orang yang mengambil ilmu dari kita maka akan semakin banyak pula peluang terus mengalirnya pahala dan kebaikan kepada kita. Semakin banyak orang yang mengamalkan ilmu yang mereka ambil dari kita, maka akan semakin banyak pula kebaikannya untuk kita. Limpahan pahala akan terus mengalir kepada kita selama ilmu itu terus diamalkan oleh mereka, Meski kita telah tiada. Meski amal kita telah terputus oleh kematian kita. Akan tetapi pahala kebaikan dari ilmu yang telah kita bagi itu akan terus mengalir tanpa ada putusnya kepada kita.

Itulah salah satu kelebihan seorang guru. Sejak pertama kali dia mengajarkan ilmunya, maka sejak itu pula dia telah berbagi ilmu yang bermanfaat kepada orang lain. Kepada murid-muridnya. Jika telah sepuluh tahun dia mengajar di satu sekolah dengan seratus murid setiap tahunnya, maka sudah seribu orang yang akan terus mengirimkan pahala kebaikannya kepada sang guru. Apalagi jika dia telah mengajarkan terus ilmunya selama 30 tahun dengan seribu lebih muridnya setiap tahun. Tentu lebih banyak lagi keuntungan yang diperolehnya berupa pahala atas kebajikannya tersebut.

Itu baru pahala bagi seorang guru. Lantas bagaimana dengan seorang kepala sekolah? Dia telah berbagi ilmu dan manajemen kepada semua guru yang ada di bawahnya. Kemudian para guru itu melaksanakan perintah dan mengajarkan ilmu tersebut kepada semua muridnya. Tentu pahala yang didapatkan kepala sekolah tersebut akan lebih banyak lagi dari pada yang diperoleh para guru. Karena memang pahala dari semua guru tadi akan mengalir juga kepada kepala sekolah tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala para guru.

Bagaimana pula dengan kepala dinas pendidikan? Bagaimana dengan menteri pendidikan? Bagaimana dengan bupati/walikota? Bagaimana dengan gubenur dan presiden? Tentu pahala mereka akan semakin banyak lagi. Karena semakin tinggi jabatan seseorang terkait dengan pendidikan yang merupakan institusi resmi tempat berbagi ilmu ini, maka akan semakin tinggi pula peluang untuk memerintahkan dan berbagi serta mendapatkan semua pahala kebaikannya.

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. (HR. Muslim no. 1893).

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja. Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah dengan memberikan wejangan, nasehat, menulis buku dalam ilmu yang bermanfaat.

Hadits di atas semakna dengan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

Subhanallah.... belumkah tiba saatnya untuk kita lebih ringan dalam berbagi? Semoga kita menjadi orang yang ringan tangan membantu saudara kita yang lain. Semoga kita termasuk dalam jajaran barisan pendidik-pendidik yang penuh semangat menyebarkan kebaikan dan mengajarkannya kepada siapa saja. Semoga. Hasbunallah wa ni’mal wakiil.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Teruslah berbagi kebaikan.... Salam takzim Pak Pri.

26 Jan
Balas

Injih Pak Arief. Mohon doanya biar bisa terus mengamalkan yg ditulis ini secara istiqomah. Aamiin.

26 Jan



search

New Post