Supriyanto,M.Pd

Kasihilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit mengasihimu...

Selengkapnya
Navigasi Web
BUDAYA LITERASI DI SURABAYA
Aktifitas Literasi di salah satu TBM di Surabaya. Sumber: Humas.Surabaya.go.id

BUDAYA LITERASI DI SURABAYA

Program pemerintah Kota Busan dan Dinas Pendidikannya untuk mendongkrak minat baca masyarakat dan pelajarnya memang sangat keren. Tapi ternyata Kota Surabaya tidak mau ketinggalan dalam hal literasi ini. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan dengan sangat baik dibawah komando Wali Kota Surabaya, Tri Risma Harini yang sangat peduli dengan pembentukan karakter anak yang salah satunya adalah melalui Safari Gerakan Nasional Membaca.

Untuk mendukung gerakan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya telah menyediakan 1.430 perpustakaan dan taman bacaan di Surabaya yang tersebar di kampong-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil keliling. Sebagai contoh misalnya di Taman Flora yang ada di Jalan Manyar Surabaya telah tersedia lebih dari 2 ribu koleksi bacaan, mulai dari cerita anak, novel, buku agama, hingga buku-buku berbagai keahlian.

Selain TBM, di lokasi tersebut juga ada fasilitas Broadband Learning Center atau BLC yang berbagi ruang di dalam gedung berukuran 12 x 4 meter. BLC merupakan tempat pendidikan computer dan internet dan internet gratis untuk warga Surabaya. Selain di Taman Flora, masih ada lagi 21 BLC lagi yang tersebar di berbagai sudut Kota Surabaya.

Di masing-masing RW yang ada di Kota Surabaya juga disediakan Taman Baca Masyarakat. Dengan didukung oleh Badan Perpustakaan, TBM mendatangkan petugas pendamping agar pengunjung yang kebanyakan anak-anak bisa diarahkan dengan baik dan jumlahnya semakin bertambah banyak.

Hingga tahun 2016 saja telah tercatat tingginya tingkat minat baca masyarakat sebesar 60 % dan meningkat menjadi sekitar 70 % ditahun 2017. Untuk mendongkrak lagi minat baca masyarakat tentunya diperlukan andil besar dari semua lapisan masyarakat termasuk sekolah dan keluarga. Salah satu caranya adalah dengan membiasakan membacakan dongeng saat sebelu menidurkan anak. Sedangkan untuk meningkatkan minat baca pelajar di sekolah, Pemerintah Kota Surabaya telah mendorong Dispendik kota Surabaya untuk menyiapkan beberapa kebijakan.

Sesuai dengan Permendikbud nomor 23 tahun 2013, gerakan literasi sekolah diluncurkan untuk menumbuhkan sikap budi pekerti luhur kepada anak-anak melalui bahasa. Literasi di sini tidak saja terbatas pada keterampilan membaca, tetapi juga menulis. Pada akhirnya, siswa diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik dalam masyarakat terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.

Dispendik Kota Surabaya telah menentukan kebijakannya terkait dengan program literasi. Secara garis besar, budaya literasi perlu dimasukkan dalam kurikulum 2013 dan wajib diterapkan di semua sekolah. Dengan mencantolkannya di dalam muatan kurikulum, paying hukumnya jelas dan meyakinkan. Seharusnya implementasinya tidak meragukan lagi, bahkan harus terwujud dengan nyata.

Salah satu program terobosan yang telah dijalankan oleh Dispendik Kota Surabaya sejak tahun 2012 adalah meliburkan sekolah pada harilibur bersama atau yang lebih dikenal dengan hari libur “Kejepit”. Kalender umum tidak sama dengan kalender pendidikan. Pada hari libur “Kejepit” orang tua tidak bekerja namun anak-anaknya masih harus sekolah. Nah pada hari libur seperti ini, Dispendik Kota Surabaya mengambil kebijakan untuk melibukan siswa sehingga anak-anak bisa belajar karakter bersama keluarganya. Mereka akan berkumpul dan memanfaatkan waktu yang berkualitas sehingga meningkatkan ketahanan keluarga.

Pengalaman berharga selama masa libur sekolah bersama keluarga tersebut dituangkan para siswa kedalam bentuk cerita pendek (cerpen) kemudian dilombakan antar siswa, antar sekolah sampai pada tingkat kota. Tiga puluh karya terbaik dari masing-masing jenjang SD, SMP, SMA hingga SMK kemudian dibukukan dan dibagikan ke sekolah-sekolah.

Selain terobosan tersebut, Dispendik Kota Surabaya telah melaksanakan program-program Surabaya Kota Literasi yang lain, yaitu: Kurikulum Wajib Baca 15 Menit, program “Tantangan Membaca Surabaya 2015” (Reading Challenge).

Tantangan membaca (ReadingChallenge) adalah sebuah upaya untuk mendorong siswa sekolah untuk membaca buku sejumlahtertentu dalam jangka waktu tertentu. Tantangan membaca sebenarnya adalah sebuah upayauntuk mengajak siswa untuk mencintai kegiatan membaca. Ini adalah sebuah upaya untukmenginspirasi siswa untuk menyukai kegiatan membaca agar membaca menjadi kegiatan yangakan terus dilakukannya sampai akhir hayatnya. Dan, pada tahun 2015 dibuat sebuah gerakan berupa tantangan membaca bagi siswaSurabaya.

Tantangan membaca Surabaya 2015 ditujukan bagi siswa semua jenjang denganketentuan yakni, untuk siswa SD/MI membaca 20 – 30 buku, SMP/MTs 15 buku dan SMA/SMK/MA10 buku. Dengan adanya program ini maka mau tidak mau setiap sekolah harus menyediakanbuku-buku yang nantinya akan direkomendasikan kepada siswanya untuk dibaca. Ada pun target minimal yang hendak dicapai oleh program Tantangan Membaca Surabaya 2015 ini dalam jumlahsekolah adalah sebanyak 400 (empat ratus) sekolah. Diharapkan minimal ada 100.000 (seratus ribu) siswa yang akan mengikutinya dan target jumlah buku yang akan dibaca oleh siswa sebanyak 1.000.000 (sejuta) buku. Sampai awal November 2015 saja jumlah buku yang telah dibaca siswa mencapai 844.412 buku.

Yang penting untuk dicatat adalah, sekolah harus menyediakan waktu 15 menit bagi siswa untuk membaca. Tidak lama, namun jika rutin, dampaknya akan luar biasa. Hal-hal teknis tentang penyediaan waktu 15 menit ini perlu diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu jam-jam efektif pembelajaran. Waktunya bisa pagi hari sebelum memulai jam pertama pembelajaran di kelas, atau siang hari setelah jam terakhir.

Dalam hal ini, untuk menyukseskan program tersebut, Dispendik Surabaya mengajak penerbit buku untuk menyumbangkan beberapa judul buku untuk dicetak dan dibagikan secara gratis ke sekolah-sekolah. Artinya, penerbit buku diminta kontribusi sosialnya untuk ikut mencerdaskan bangsa, khususnya siswa sekolah di Surabaya. Mengapa harus demikian? Bisa dihitung, dalam sebulan diperlukan ribuan buku sebagai bahan bacaan yang cocok bagi siswa.

Untuk meningkatkan budaya membaca di kalangan masyarakat Surabayadiperlukan dukungan dari berbagai pihak. Sekolah dan pondok pesantren merupakan salah satu sasaran peningkatan budaya literasi. Program ini membutuhkan dukungan dan kerjasama berbagai pihak. Perguruan tinggi merupakan salah satu pihak yang memiliki peran untuk membantu meningkatkan minat baca masyarakat.

Beberapa kegiatan Bazaar dan pameran buku yang sering diselenggarakan oleh beberapa penerbit dan event organizer di beberapa tempat terutama di Balai Pemuda dan Jatim Expo juga ikut mendorong meningkatnya minat baca masyarakat. Beberapa penerbit seperti Jawa Pos Book, Mizan, dan Gramedia bahkan beberapa kali mengadakan pameran buku murah dengan harga rata-rata Rp 5.000,00 atau ada juga beberapa judul buku yang dijual dengan hargan di bawah Rp 5.000,00 untuk 1 ekasemplar buku yang masih bagus dan tersegel. Hal ini tentunya sangat membantu masyarakat kelas bmenengah ke bawah, terutama kalangan mahasiswa dan pelajar untuk membeli buku.

Sebagai tambahan, program Surabaya Kota Literasi juga diharapkan bisa mendorong perusahaan dan lembaga swasta untuk membagikan buku bacaan ke sekolah-sekolah. Apapun buku bacaan yang mereka sumbangkan akan dimanfaatkan sebagai sumber ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya. Dengan demikian, pencerdasan bangsa menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya sekolah melainkan juga pemerintah, orang tua, dan lembaga swasta.

Semua SMP Negeri di Surabaya sebagai salah satu ujung tombak pelaksanaan program Surabaya Kota Literasi tentunya tidak mau ketinggalan untuk menyukseskan program budaya literasi ini. Selain penambahan jumlah buku bacaan di perpustakaan, sekolah juga membuka reading corner di setiap kelas. Siswa diminta membawa buku bacaan untuk ditaruh di salah satu sudut di kelasnya sehingga mereka bisa membacanya kapan saja diwaktu senggang selama di sekolah.

Selain itu, siswa juga diwajibkan untuk membaca buku bacaan non buku paket pelajaran di jam pertama setelah berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan melafalkan pancasila secara bersama-sama. Hal ini karena sekolah telah menjadwal di setiap 1 jam pertama sebagai jadwal untuk kegiatan literasi selama 30 menit. 15 menit pertama digunakan untuk membaca Al Qur’an secara bersama-sama bagi semua siswa muslim dengan dipandu oleh petugas yang digilir setiap hari dengan didampingi oleh guru agama dari ruang guru. Sedangkan bagi siswa non muslim dipersilahkan membaca kitab suci agama masing-masing. Sedangkan 15 menit berikutnya digunakan untuk membaca buku bacaan non buku paket pelajaran terutama buku-buku yang telah disediakan di reading corner.

Untuk melatih literasi para siswa, para guru pendamping akan membimbing para siswa untuk membuat resume dari buku yang mereka baca. Bahkan beberapa guru malah meminta beberapa siswa secara acak untuk mempresentasikan secara singkat bagian buku yang telah mereka baca pada hari itu.

Bagaimana dengan siswa yang waktunya pelajaran PJOK di lapangan? Sama saja, mereka tetapa harus melaksanakan kegiatan literasi tersebut di lapangan. Mereka harus membawa kitab suci /Al Qur’an dan buku bacaannya ke lapangan. Dengan didampingi oleh guru PJOK mereka melaksanakan kegiatan literasi.

Secara periodik, sekolah juga meminta siswa untuk membuat resume dari semua buku yang telah mereka baca pada periode dimaksud untuk dipilih yang terbaik dan dikirim ke dispendik Kota Surabaya untuk diikutkan lomba.

Dengan berbagai program dan kegiatan literasi tersebut telah berhasil meningkatkan minat baca masyarakat. Hal ini tak luput dari perhatian Kepala Perpustakaan Nasional RI, Drs Muhamad Syarif Bundo, MM yang mengapresiasi sangat baik program-program literasi dari Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini. Beliau mengatakan bahwa program literasi yang dicanangkan oleh Tri Risma Harini telah didukung dengan sumber dana dan sumber daya yang sangat mumpuni.

Menurut Syarif Bundo, program literasi di Surabaya sudah terlaksana hingga tahap nyata. Sejak dini anak-anak dikenalkan dengan budaya membaca. Hal ini tentunya akan meningkatkan kemmpuan anak dalam memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif. Salah satu indikatornya adalah munculnya banyak siswa SD dan SMP yang telah mampu menghasilkan karya berupa buku.

Lebih dari itu, pada tanggal 5 Juni 2017 Kepala Perpustakaan Nasional RI tersebut menyatakan bahwa Kota Surabaya menjadi pusat literasi terbaik yang ada di Indonesia terlebih di Jawa Timur. Menurut Syarif Bundo, Surabaya adalah kota yang sempurna dan terbaik di Jawa Timur soal literasi, karena jumlah perpustakaan yang terakreditasi secara nasional baik A dan B sudah banyak.

Event Pustaka di Surabaya sudah berjalan dan cocok untuk menjadi percontohan bagi kota-kota lainnya. Karena hal itu Kepala Perpustakaan Nasional RI memberikan pujian lebih kepada Wali Kota Surabaya, Tri Risma Harini yang telah bekerja dengan baik. Dimana program yang direncanakan berjalan dengan baik dan menghasilkan aksi nyata kepada warganya. Menurut beliau, Surabaya beruntung memiliki wali kota yang bukan saja berencana tapi bisa menunjukkan aksi literasi seperti beberapa sekolah mampu menghasilkan karya berupa buku karya siswanya.

Prestasi ini pun juga mendapat apresiasi dari anggota DPR Komisi X, Arzeti Biblina Huzaimi yang menyatakan bahwa dirinya bersama anggota dewan yang lain telah berkomitmen yang kuat untuk memajukan kegemaran minat baca pada anak di Surabaya dengan cara meningkatkan anggaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangattt...

27 Jan
Balas



search

New Post