KEBERADAAN BERASAL DARI KETIADAAN
TADI pagi saya terhenyak setelah mendapat pertanyaan seorang siswa lewat via WA tentang ADA dalam hidup ini. Awalnya saya hanya menjawab sekena-Nya, namun jawaban yang saya sampaikan justru memancing banyak pertanyaan berikutnya.
Awalnya saya berpikir pertanyaan tersebut hanya sekedar senda gurau belaka, mengingat sekian pekan tidak bisa bersua, karena sekolah sedang libur efek dari virus Corona. Pertanyaannya tentang ADA dan kenapa sesuatu harus ADA dan dari mana ada itu berada, mengingatkan saya pada zaman awal mahasiswa dulu. Ketika mengambil mata kuliah dasar-dasar filsafat saya harus lebih sering mengernyitkan dahi karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Pikiran saya seperti pisau yang sedang diasah supaya tajam menganalisis sesuatu ketika belajar mata kuliah tersebut.
Kini, ketika pertanyaan itu datang dari seorang siswa yang nota bene masih kelas X, pikiran saya seketika melalang buana, menembus awan, melintasi samudra, mengukur jalan, dan berusaha membuka kembali lipatan-lipatan wawasan tentang filsafat untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. Awalnya saya bertanya kepada diri sendiri, apakah siswa itu sudah melahap buku filsafat, atau jangan-jangan dia sedang risau tentang hidup-Nya sehingga perlu mempertanyakan kenapa semua yang ada harus menjadi ada. Saya tidak sempat bertanya kenapa pertanyaan itu dialamatkan kepada saya, bukankah banyak guru lain yang mestinya bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Sejenak saya berhenti untuk membalas, saya tahu diseberang sana ia sedang menunggu jawaban. Setelah merasa yakin dengan jawaban, saya mengirimkan kepadanya. Jawaban itu berbunyi, bahwa pada dasarnya sesuatu berawal dari ketiadaan, lalu menjadi ada kemudian berakhir pada ketiadaan. Untuk memudahkan uraian, saya memberikan contoh bahwa dulu kamu tidak ada, lalu menjadi ada yang nantinya akan tiada.
Ia membalas dengan memberi isyarat bahwa hanya sedikit yang dipahami dari jawaban yang saya sampaikan. Kemudian saya menambahkan bahwa apa pun yang terlihat, terlebih yang kita miliki berupa mobil, jabatan dan bahkan diri kita sendiri pun hanya ada dalam kesementaraan. Semuanya akan pergi, hilang, musnah dan berakhir pada ketiadaan. Sesuatu yang ada itu menempati dua dimensi, baik yang ada dalam dunia materi maupun ada dalam dunia non materi. Ada dalam dunia materi adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancar indera, seperti mobil, rumah, gedung dan sejenisnya. Sedangkan ada dalam dunia non materi ia tidak berwujud tapi eksistensinya tetap diakui keberadaannya seperti tuhan misalnya. Di seberang sana ia mengangguk.
Saya tidak tahu persis apakah jawaban yang sampaikan dapat benar-benar membuatnya mengerti atau justru sebaliknya. Bagi saya, siswa kelas X dengan pertanyaan selevel itu membuat saya kagum dan terhenyak, karena umumnya pertanyaan yang demikian baru disuguhkan kepada mereka yang menimba ilmu di perguruan tinggi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar