Ibu Suri

Seorang Guru yang tengah belajar berkisah melalui untaian aksara......

Selengkapnya
Navigasi Web
Menanti Pinangan

Menanti Pinangan

Menanti Pinangan

TantanganGurusiana

TantanganHari_36

Berita kematian Ashraf Sinclair yang banyak bermunculan di Sosial Media sungguh menjadi pengingat keras buatku. Usia Ashraf Rahimaahullaah relative masih muda (tahun ini usiakupun menginjak 40 ). Sangat peduli dengan kesehatannya, dan dari story Instragramnya dapat diketahui jika berolahraga merupakan kebiasaannya, tak pernah sekalipun ada keluhan mengenai kesehatan. Sungguh kematian tidak mengenal usia, ajal tak menunggu sakit.

Teringat di tahun 1999, saat masih kuliah, Seorang teman kost memanggil, ada telepon dari keluarga menyampaikan kabar kematian, kematian Ayahanda tercinta, diantar teman-teman aku pulang kerumah. Terakhir bertemu ayah saya menyuapinya. Ayah memang menderita sakit ginjal dan diabetes yang menahun. Telah kusiapkan diri menerima kemungkinan terburuk, tetapi tak urung hati hancur. Tak ada air mata saat penguburan , pikiran hampa, Aku hanya menurut ketika seorang anggota keluarga menuntunku meninggalkan kuburan, kemudian malam –malam selanjutnya kuhabiskan dengan tangis. Aku kini seorang Yatim.

Husain Rustang, seorang sahabat semasa kuliah. Lewat sosial media kami menjalin silaturahmi, saling berbagi kabar, bersenda gurau lewat komentar-komentar di facebook. Suatu waktu, tanggal 28 September 2018 Husain sekeluarga berkunjung ke kota Palu. Di Fecebook Beliau masih mengunggah foto-foto dan berbalas komentar di FB saat berada di Bandara Halueleo, pun ketika mengabarkan sekeluarga menginap di Hotel Roa-Roa. Sampai disini tahukan kemana arah ceritaku, Teman?. Ya, Husain Rustang sahabatku menjadi korban gempa palu. Posisi jenazahnya dalam keadaan melindungi anak bungsunya, bahkan dipenghujung usia Husain meninggalkan kenangan manis untuk anaknya.

Dian Angreini Jalal, sahabat dan juga istri Husain Rustang Rahimaahullaah. Darinya kumaknai penerimaan akan takdir. Bagaimana dia menyaksikan suami tercinta meregang nyawa diantara himpitan reruntuhan bangunan. Dian selamat, menepis pahitnya rasa duka, bangkit kemudian mengurus evakuasi separuh jiwanya. Selesai penguburan sang suami, Dian sahabatku kembali menyingkirkan perih dihati, berjibaku dengan puing-puing hotel, mencari keberadaan orang tua. Sepekan pencaharian hingga kabar kematian ayah dan ibu menjadi terang benderang. Tiga cintanya terkubur di tanah Palu.

Tak ada air mata saat menceritakan kisah mencekam itu, tangis kami dibalasnya dengan senyum getir. Tetapi kutahu lewat matanya ada pedih teramat sangat yang dipendamnya. Kupeluk dia erat, sekedar menawar lara sahabatku. Sungguh Dian seorang penyembunyi duka yang handal.

Betapa kematian adalah rahasia Allah, Tidak ada yang tahu kapan dia akan datang pun tak ada yang bisa menahan, tak ada yang bisa melindungi. Sejatinya masing-masing kita tengah menanti giliran dipinang kematian.

Kita tak pernah tahu ketika pinangan itu menghampiri , apakah kita sedang sibuk memperbaiki diri, sedang asyikkah dengan urusan dunia, ataukah sedang berteman maksiat ? semoga Allah mangakhirkan kita dalam keadaan husnul Khatimah.

Duhai diri, sudahkah siap menerima pinangan kematian?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post