Rasanya menyesal sekali mengikuti pelatihan menulis Sagusabu di Semarang ini. Pelatihan menulis yang diadakan oleh MediaGuru kali ini diadakan di Semarang. Setelah sebelumnya diadakan di kota yang lain. Aku mengikuti pelatihan menulis ini karena ikut bujukan seorang teman. Beliau bahkan menyempatkan untuk datang ke rumahku bersama sang suami.

Aku berangkat pagi-pagi agar dapat mengikuti pelatihan yang katanya akan dimulai tepat waktu. Aku selalu berkomunikasi dengan kakak sepupuku, karena terus terang aku buta wilayah Semarang. Setelah mengalami kejadian salah rute bus, aku hampir salah rute BRT. Alhamdulillaah aku diberitahu oleh petugas BRT bahwa aku harus menyeberang dulu. Akhirnya bisa juga aku sampai wisma P4G sebelum jam 8.00.

Ternyata betul. Acara dimulai hanya lewat beberapa menit dari waktu yang ditentukan. Tidak seperti acara pelatihan lain yang sering molor waktunya. Kemudian Leck Murman memberikan sambutannya. Beliau yang hanya kukenal lewat WA akhirnya bertemu juga. Semangat beliau dan pengalaman menulis beliau sangat menginspirasi. Membuat tanganku gatal untuk segera menuliskan ide yang sudah aku punya sejak lama.

Acara selanjutnya diisi oleh ibu Istiqomah Almaky yang fotonya terpampang di MMT. Menurutku foto itu merupakan pembohongan publik, karena aslinya jauh. Jauuuuh lebih cantik dari fotonya. Yang membuat ternganga adalah suara beliau saat berbicara. Lantang, lugas, galak. Tapi kegalakan beliau itu enak dirasakan dan diresapi di hati. Beliau mampu mengurai benang kusut yang ada di pikiranku dalam memulai untuk menulis buku. Pikiranku semakin terbuka. Semangat menulis yang sempat meredup karena sentilan seorang kawan mulai membara lagi. Luar biasa.

Aku menyesal. Ya, bahkan sangat menyesal. Mengapa aku baru mengenal dan baru tahu ada komunitas menulis ini. Mengapa aku tidak jadi membawa anakku yang juga hobi menulis. Mengapa aku baru ikut pelatihan yang sekarang. Ah, aku akan membalas penyesalan ini dengan merampungkan bukuku. Aku akan menularkan ilmu yang kudapat pada anakku. Yah, agar aku tidak lebih menyesal lagi.

Penulis adalah peserta Sagusabu Semarang.