Bisa saya katakan bahwa saya bisa mengikuti pelatihan menulis Sagusabu Semarang ini adalah berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Saya sudah pesan tempat di pelatihan menulis artikel di tanggal yang sama. Saya juga mendapatkan undangan mengikuti seminar di Salatiga yang notabene lebih dekat dari rumah. Alhamdulillaah pelatihan menulis artikel diundur ke tanggal 11 Februari, sedangkan untuk seminar, mmmmm nggak dulu deh. Tidak aplikatif dan hasilnya belum bisa saya terawang mau jadi apa.

Jadilah saya mengikuti pelatihan menulis Sagusabu Semarang ini. Setelah menimbang, memperhatikan dan merumuskan masalah (halah), saya memutuskan untuk menginap di rumah kakak sepupuku saya di daerah Poncowolo. Pikir saya selain menghemat biaya juga dapat pahala silaturahim. (Mesthi dho komen paduneeee.) Oleh karena itu saya segera menghubungi kakak sepupu saya. (Matur nuwun sanget Mas Paryono.🙏) Alhamdulillaah beliau justru senang sekali karena saya mau menginap. Kemarin pagi saya dijemput di halte BRT dekat Balaikota dan diantar ke Wisma P4G. Alhamdulillaah.

Sesampai di tempat acara saya memilih tempat paling depan, karena penglihatan saya yang kurang jelas walaupun sudah disambung. Selain itu saya juga tidak marem kalau tidak bisa melihat pembicara saat menerangkan materi. Jadi kemanapun pembicara bergerak mata saya harus mengikuti.

Sore harinya saya dijemput Mas Paryono untuk menginap di rumah beliau. Saya sempat diajak muter-muter Simpang Lima untuk beli tahu petis. Walaupun zonk karena tidak bisa parkir namun saya tetap senang bisa melihat-lihat kota Semarang. Malam harinya saya mendapatkan rejeki bisa berbincang-bincang via telpon dengan kakak sepupu yang lain yang tinggal di Bengkulu. Beliau adalah orang yang mengasuh saya saat masih balita. Walaupun saya susah mengingat wajah beliau tapi kami berbicara selama hampir satu jam. Alhamdulillaah bisa silaturahim lagi.

Pagi tadi saya diantar kembali oleh Mas Paryono. Kali ini bersama istri dan keponakan mereka. Kami sempat berputar-putar karena ada beberapa ruas jalan yang digunakan untuk CFD. Alhamdulillaah sampai di Wisma P4G sebelum acara dimulai. Alhamdulillaah lagi saya diberi uang saku oleh Mas Paryono. (Sakjane ngono uisin rek, wis PNS kok disangoni. Ning dipekso je, piye maneh.) Alhamdulillaah lagi bisa duduk di depan lagi.

Dua hari mengikuti pelatihan ini serasa dibakar. Dibakar semangatnya, dibakar emosinya, dibakar juga harga dirinya. Masak guru kalah sama muridnya. Masak guru nggak bisa menulis. (Saat saya pikirkan lagi ternyata absurd ya kalau guru tidak bisa menulis. Yen raiso nulis yok opo kok isoh dadi guru?) Serta kalimat-kalimat pembakar semangat yang lain.

Setelah menandatangani resolusi untuk menulis dalam waktu satu bulan dan selesai semua acara, kami pulang. Sebenarnya tadi saya sudah nembung kepada teman Bu Yanti untuk nebeng sampai Bawen. Alhamdulillaah lagi dan lagi Bu Ambar menawari saya untuk bareng beliau. Kami ngobrol selama perjalanan mengenai betapa berbedanya pelatihan ini dengan pelatihan lain yang pernah kami ikuti. Kemudian Bu Ambar meminta suaminya untuk mengantar saya sampai di depan perumahan saya. Alhamdulillaah was syukrulillah. Sungguh benarlah bahwa bila kita mensyukuri nikmat Allah make akan ditambah nikmat itu. Janji Allah itu pasti.

(Lha thik ra gathuk karo judule? Sampean mesthi takon a? Lha nyapo mbahas jaket keri. Wong yo dudu jaket larang. Wis ben ae keri. Tur meneh aku yo lali kerine ndik ndi. Neng kelas opo neng ngomahe masku. Mugo-mugo wae biso manfaat kanggo sing nemu.)