Suryani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Dasi Vs Sandal Jepit

Disebuah perkampungan yang padat penduduk, bahkan hampir sudah lebih mengota. terdapat tiga orang terkaya dikampung itu. Satu diantaranya adalah tetangga Riani. Dan itu hanya berselang lima deret saja dari rumahnya.

Dapat terbilang tetangga tersebut memang sangat tertutup. Mungkin hanya sekedar untuk bekerja saja barulah keluar rumah, selebihnya lebih betah berdiam diri didalam rumah.Jangankan bergaul atau bertegur sapa dengan Riani, bersama tetangga sebelahnya pun tak pernah dilakukannya, terkecuali dengan orang yang sepadan dengannya. Entah risih atau menganggap orang lain hina dimatanya, semua itu hanya Allah SWT yang mengerti isi hati dan naluri manusia.

Tidak hanya Riani yang memiliki penilaian seperti itu, orang sekitarnya pun bahkan mencemooh kelakuannya. Hanya karena jabatan semata, berani menginjak harga diri orang dibawahnya. Mereka semua tidak sadar bahwa mereka hanya dijadikan boneka hidup yang siap untuk jadi pelayan setianya. Mau dijadikan budak hanya demi isi perut yang menghasilkan sesuap nasi. Jadi terkesan mendewakan manusia, Sungguh sangat ironis.

Singkat cerita, ketika orang kaya tersebut menikahkan putrinya, ternyata ada pemandangan yang sangat diluar nalar. Jamuan santap dibedakan. Untuk tamu biasa yang tidak bergelar akademis, sajian menu sesuai isi amplop. Duduk dengan kursi biasa pula.

Lain halnya dengan tamu yang dianggap FIF. Mereka sangat diistimewakan dalam hal jamuan maupun sambutan selamat datang. Tidak lupa dibekali dengan souvernir unik sebagai tanda cinderamata dari sang punya hajat untuk para pejabat yang berdasi, berbanding terbalik dengan yang hanya beralaskan sandal jepit. Padahal jika semua disamaratakan pastinya tidak akan ada kecemburuan sosial. Roda kehidupan pasti berputar, ketika kecemburuan sosial itu menjadi cambuknya sendiri, akankah orang yang berdasi tersebut dapat menolong ketika dalam kesusahan? Tentunya tetangga terdekatlah yang menjadi penolong ketika dibutuhkan.

Di dunia, kita hanya di uji dalam ketaqwaan, ketika kita kaya, akankah mampu berbaik hati pada si miskin? Dapatkah kita saling berbagi tanpa harus memilah dan memilih antara si fakir dan si miskin? Besar harapan si miskin yang mengharap belas kasih dari si kaya. Namun sayangnya si kaya tidak peka dan memandang sebelah mata kehidupan dibawahnya.

Ingat harta hanya titipan dan akan menjadi pertanggungjawaban di akherat kelak.

Semoga cepat diberi hidayah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga hidayah Allah menghampiri ya. Disebut, dikampung, didalam, semuanya kata di dipisah. Sukses selalu dan barakallahu fiik

13 Nov
Balas



search

New Post