Bayang-Bayang di Balik Senyuman
Sudah lama tidak berkarya.
Kita coba lagi dengan goresan malam dibalik bayang-bayang.
Bayang-Bayang di Balik Senyum
Sekolah masih ramai dengan berbagai atraksi anak anak dalam memperingati hari guru. Ada yang sibuk dengan pakaian seragamnya, sibuk dengan model jilbab dan tersenyum melihat gaya teman -temannya .
Desiran suara angin menambah cerianya suasana diringi belaian lembut menerpa wajah wajah sumringah penghuni sekolah
Daun matoa terlihat terjatuh seolah menyapa "hai warga sekolah liatlah aku yang sudah mulai kering".
Di depan pustaka terlihat dua wanita cantik asyik mengobrol sambil sesekali tertawa dan saling memukul..Pukulan lembut pertanda mereka memang lagi bercanda bukan sedang marahan. Tidak ada yang tau apa yang sedang mereka perbincangkan , tidak ada juga yang peduli dua sahabat ini mau berkisah tentang apa.
Nila gadis ayu, tidak banyak tingkah. Dia bicara tidak mubazir, seperlunya saja. Kecuali jika berhadapan dengan sahabatnya Lila. Semua keluar dari perutnya entah candaan , pujian ataupun bulyan.
Tidak heran jika ia selalu tampak ceria bersama sahabatnya, Lila. Semua tau mereka sahabat karib, ibarat sendok dengan garpu, ibarat baju dengan kancingnya.Mereka duduk sebangku, belajar bersama, dan sering menghabiskan waktu sepulang sekolah.
Nila pmerasa beruntung memiliki sahabat seperti Lila—ramah, pandai, dan selalu mendukungnya. Dan Lila merasa beruntung juga punya sahabat seperti Nila, ramah, murah senyum dan tidak banyak ulah.
"Selesai kegiatan hari ini, horee kita bisa pulang ke rumah, ujar Lila sambil mencoel bahu Nila
Sejak peringatan hari guru, kebersamaan para siswa terlihat semakin kompak, dan ini telah berjalan selama dua Minggu.
Namun, belakangan ini, Nila mulai merasa ada yang aneh. Beberapa teman menjauhinya, dan gosip tentang dirinya mulai beredar. Katanya, Nila suka membanggakan diri dan tidak pernah membantu teman saat kerja kelompok.Nila suka menang sendiri, tidak empati dan sering menggosipkan temannya.Tapi Nila tidak merasa ia berbuat seperti anggapan teman- tamannya
Ia tetap santai dan ceria seperti biasa. Temannya beranggapan ia tidak peka, tebal telinga.
Padahal Nila tidak menyadari kalau ia sedang jadi buah pembicaraan warga sekolah khusus warga kelasnya.
"Nila, kau gadang banak mah, lah heboh urang mengecekan kau, kau masih tetap santai dan berbaur dengan kawan yang mampakecekan kau tuh" Cupu mengejutkan Nila dengan ucapannya yang spontan sambil menepuk bahu Nila.
Wajah Nila berubah surut dan menarik senyumannya yang dari tadi selalu menghiasi bibirnya.
Lekukan bibirnya seperti sedang mencicipi buah jeruk purut,asam dan kecut.
Seperti mencicipi buah mengkudu pahit, pahit dan sungguh pahit.
Nila terdiam mendengar ucapan Cupu.Cupu gadis jujur dan tidak banyak basa-basi.Nila tau betul siapa Cupu. Cewek berkulit hitam manis yang bicaranya polos, selalu apa adanya
"Aneh, aku merasa nggak pernah seperti itu" pikir Nila, gelisah.
Karena dari lubuk hati yang paling dalam ia merasa tidak pernah melakukan yang merugikan teman sekolahnya.Nila cuma diam, seperti dihantam meteor, kepalanya terasa berat.
"Oh my good, ada apalagi ini" gumamnya.
Walaupun begitu Nila tetap seperti biasa bawaannya ke teman-temannya.Ia tidak mau melabrak ataupun mempertemukan apakah betul ia dianggap temannya seperti itu. Ia selalu menepis jika keinginan untuk mempertemukan ucapan Cupu itu benar adanya atau hanya dugaan semata.Ia masih seperti Nila yang dulu, ramah dan banyak senyum.
Waktu teruis berganti, jam jam di sekolah dilalui dengan tetap ceria dan tidak ambil pusing dengan ucapan Cupu. Masalahku sudah terlalu banyak, cukuplah yang sudah ada jangan ditambah lagi.
Itulah prinsip yang tertanam di jiwa Nila
Suatu hari, Nila secara tak sengaja mendengar percakapan Lila dengan teman-teman lain di belakang perpustakaan.
"Iya, Nila tuh cuma pura-pura baik. Aslinya sombong. Dia ngerasa paling pintar," kata Lila dengan suara merendahkan.
Dunia Nila runtuh seketika. Sahabat yang selama ini ia percayai, ternyata menusuknya dari belakang. Ia tidak menangis, hanya diam dan pulang lebih awal hari itu. Allah telah membuka telinganya, Allah memperlihatkan langsung kepadanya bahwa yang kita anggap baik itu belum tentu baik.Apa yang kita anggap jelekpun itu belum tentu jelek.
Sabaik-baiknya prasangka anggaplah ada hikmah dari semuanya
Keesokan harinya, Lila menghampiri Nila dengan senyum seperti biasa.
"Hai, Nila Mau bareng ke kantin? Kita jajan-jajan enak yuks, sepertinya ada menu baru di kantin belakang"ajaknya.
Nila menatap Lila dalam-dalam. Ia tersenyum kecil, tapi senyuman itu berbeda.seperti senyuman ketika menyerumput jeruk purut."Nggak usah, Li. Aku mau sendiri dulu."
Sejak hari itu, saat itu, jam itu,menit itu dan detik itu, Nila mulai menjaga jarak. Ia sadar, senyum bisa jadi topeng, dan tidak semua teman adalah sahabat sejati.
Nila mengeluarkan sapu tangan berwarna pink dari roknya, ia melap matanya yang mulai dihiasi oleh mutiara berwarna bening.
"Selamat tinggal sahabat,cukup kali ini aku terluka, aku harus menjaga hati, demi kesehatanku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ceritanya, Bu