Go-Ser Go-Zon dan Go-Mut,Menuju Indonesia Adil, Maju dan Bermutu
GO-SER, GO-ZON , GO-MUT Menuju Indonedia Adil. Maju dan Bermutu.
"Sudahlah pak, berhenti bercerita, jangan nyantai, cepat potongkan ayamnya, " ujarku pada pedagang ayam. Pedagang ayam langgananku ini memang suka bercerita. Aku suka sih, tapi tergantung situasi juga. Kalau lagi mau cepat, tentunya tak ingin berlama - lama mendengarkan ciloteh bapak ini.
Aku harus buru -.buru masak, untuk keperluan esok hari.
Ya esok hari adalah hari rabu. Hari yang penuh kesibukan. Aku harus mengajar ke sekolah jauh, sekolah tambahan tempat aku menambah jam mengajar, karena jauh dari rumahku dan dari sekolah induk, kira -kira 48 km, makanya aku menyebutnya dengan nama sekolah jauh. Aku menambah jam mengajar lumayan banyak, yaitu 16.jam pelajaran. melebihi jumlah jam mengajarku di sekolah induk.
Semua ini kulakukan untuk memenuhi target sertifikasi guru. Dimana para guru diwajibkan mengajar mininal 24 jam dengan bidang study yang diampunya, kalaupun beda tapi harus linier dengan bidang study yang diampu tersebut.
Bagiku ini bukanlah hal yang berat. Mungkin karena semangat yang masih menyala dan usia yang tuo alun, mudolah talampau.ibarat usia sadang bagolak.. Hehehe . Segala nasehat telah diberikan oleh sang suami, agar aku berhenti mengajar di sekolah jauh tersebut. Dia sangat khawatir akan keselamatanku. Disamping perempuan, akupun nyetir sendiri dan perjalanan kesana cukup banyak rintangan. Jalannya penuh lubang, sementara kendaraan yang lewat begitu banyak, terutama mobil-mobil besar yang membawa muatan sawit, membawa kerikil, pasir dan juga minyak inti sawit.
Maklumlah jalan yang kulalui ini adalah jalan jalur provinsi yang sarat dengat pabrik-pabrik dan juga tempat kilang minyak Caltex.
Tapi sesering suamiku menasehati, sesering itu pula aku bersikukuh memberikan alasan padanya. Agar tetap memberiku ijin untuk mengajar di sekolah jauh. Alasanku begitu banyak mulai dari kata-kata 'selagi aku masih kuat bang, selagi masih ada jam di sekolah lain untuk aku menambah jam.tengoklah ibu itu masih gigih bang, sambil aku menyebutkan nama guru yang ku maksud, kenapa aku mesti kalah bang?".
Dari pada berdebat terus, akhirnya suamiku mengalah dan berkata yo wes lah, tapi tolong hati-hati, jaga diri dan pandailah beradaptasi, ' ujar sang suamiku dengan mengelus dadanya.
Begitu selalu alasanku padanya, hingga aku langgeng mengajar cukup lama di sekolah jauh
Semangatku yang menggelora, membuat waktu terasa begitu cepat berlalu. Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Aku masih kuat dan betah mengajar di dua buah sekolah. Ya di sekolah induk dan sekolah tambahan yang aku sebut dengan sekolah jauh. Pernah suatu waktu, ketika aku menyetir mobil dengan kecepatan tinggi, karena takut terlambat sampai di sekolah jauh. Ini kesalahanku juga, karena telat starnya berangkat dari rumah.
Separoh jalan menuju sekolah jauh, ada dua mobil di depan mobilku yang jalannya santai. Kucoba mendahului, tapi pas mendahului mobil pertama, datang lawan dari depan, sebuah mobil dumtruk yang membawa kerikil, akhirnya aku menyelip diantara dua mobil yang ada di depan mobilku. Akibatnya si pemilik mobil yang ada di depan mobilku marah, didimnya dan diklaksonya kuat-kuat. Aku jadi tambah takut, maklum waktu kejadian itu di tempat yang agak sunyi. Aku larikan mobil dengan kecepatan tinggi. Sampai kecepatan 115 . Mobil itu terus mengejarku, Tapi tidak terkejar. Karena jalan yang penuh lubang dan buruk. Syukur alhamdulilkah aku memakai mobil yang tinggi yaitu mobil kijang, sementara mobil yang mengejar mobilku adalah mobil sedan vios.
Kuintip dari kaca spion, walau mobil itu tidak nampak lagi di pandangan mata tapi aku masih terus menyetir dengan kecepatan tinggi.Rasa takut membuat mentalKu tak gentar dalam menyetir....
Perjuangan tak kenal lelah, itu motto yang kupunya. Setelah sampai di sekolah jauh aku merasa sangat lega. Kutarik nafas dalam-.dalam dan dilepas pelan-pelan. Serasa ada hawa segar dalam rongga dadaku. Ya Allah mudahkanlah jalan hidupku. Jauhkankanlah segala rintangan yang kan membebani cuta-citaku, Aamin. Tidak banyak masalah yang kulalui, semua kendala insya Allah bisa aku atasi dengan baik. Baik masalah dalam perjalanan atau adaptasi dengan teman-teman. Dalam setiap kesempatan aku selalu mencoba untuk memperbaiki diri menjadi yang lebih baik.
Tahun pertama di sekolah jauh, diriku ikut rombongan para guru dan Tu untak pergi berdarmawisata ke pulau Jawa. Semua berjalan dengan baik dan lancar .Dalam rangka hari guru, aku sempat terpilih jadi guru terdisiplin. Rasa bangga dan syukur menghiasi hari-hariku. Tanpa keluh kesah ataupun celaan dari sang Arjuna (.suami)
Semua enjoy kujalani dengan jiwa yang berseri dan terpancar ke aura sehari-hari.
Walau berbagi waktu antara rumah, sekolah induk dan sekolah tambahan, aku tetap komitmen tidak akan melalaikan salah satunya. Bagiku kalau sudah berkecimpung, jangan tanggung-tanggung.
Nah pada tahun keempat mulai muncul masalah. Dimana kalau menambah jam mengajar di sekolah tambahan tidak boleh lebih dari enam jam. Otomatis kita harus mengajar di sekolah induk sebanyak 18 jam. Rumit memang, sekolah kami yang kelebihan guru sangat sulit untuk mengkondisikannya.
Dengan diskusi yang alot akhirnya terkondisi aku mendapatkan jam mengajar 18 jp di sekolah induk dan 6 jp di sekolah tambahan. Semua telah sesuai harapan. Hari-hari kujalani dengab ceria tanpa masalah yang berarti.
Menjelang verifikasi data sergur cawu, kami disuruh minta surat keterangan menambah jam ke Kacap setempat atau tang disebut denfan STPJM. Nah disaat inilah kembali berhembus peraturan baru, kalau menambah jam mengajar ke sekolah lain jarak tempuhnya tidak boleh melebihi 20 km, sementara jarak sekolah Yang aku tempuh adalah 48 km, Wallahualam
Siapa sih yang tidak pengen sertifikasi guru. Jangan munafik, saya yakin semua orang yang berstatus guru pasti mau. Tapi kebanyakan dari para guru tak sanggup untuk memenuhi jam mengajar sebanyak 24 jam,sesuai ketentuan. Pemerataan guru menumpuk pada satu sekolah, itu tidak bisa dipungkiri. Dan aneh bin ajaib, walaupun satu sekolah sudah kelebihan guru, tetap saja ada guru baru yang pindah ke sekolah tersebut. Akibatnya terjadi perang dalam dan perang dingin.
Menurut saya, dan permintaan kami kepada Bapak Menteri pendidikan yang baru, Mas Nadiem Makarim,
@. Tolong dibenahi dengan sungguh -sungguh tentang zonasi dan Program serifikasi guru.
Agar tidak terjadi malpraktek guru,
1.Mari dikurangi jam mengajar guru untuk pemenuhan jam sertifikasi . Cukup 18 saja ,tapi diharapkan dengan 18 jam ini para guru betul-betul meningkatkan keprofesionalannya. Tidak cuma melepaskan kewajiban, tapi diharapkan mampu menjadi guru yang penuh inovasi dan edukasi. Kalau tidak sertifikasi guru berbelok dari tujuan awalnya. Guru-guru hanya terpacu karena sertifikasi yang berimbas pada kesejahteraan pribadi dan peningkatan honor. Dampaknya, para guru menghalalkan segala cara untuk disertifikasi.
“Para guru yang ikut proses sertifikasi tak banyak yang berniat untuk meningkatkan prestasi dirinya sebagai guru profesional. Yang ada kebanyakan adalah mengejar kesejahteraan,” Tapi balik lagi ke awal, siapa sih yang tak ingin sejahtera, saya rasa bidang ASN yang lain punya banyak peluang untuk melakukan penambahan kesejahteraan tapi kami para guru, cuma ini ladang kami.
2. Bapak Nadim Makarim, tolong zona menambah jam jangan dibatasi, asalkan guru sanggup menjalaninya dan profesional dengan tugas maka biarkan mereka mengembannya tanpa dibebani oleh tugas administrasi yang begitu banyak.
3.Tolong perluas lahannya bapak, beri pupuk dan di siram setiap waktu. Ibarat tanaman, pasti kami akan tumbuh dengan subur. Menghasilkan udara segar buah yang enak dan menyehatkan, yang membawa dampak positif kepada kehidupan.
Beri kami pelatihan untuk peningkatan mutu dan kualitas, tapi tolong di awasi agar yang ikut pelatihan, guru yang dikirim jangan itu-itu saja orangnya tapi harus digilirkan.. Karena sejatinya tugas kami adalah mendidik anak bangsa menjadi generasi yang berilmu dan berkarakter. Saya yakin, jika tugas adm tidak terlalu banyak niscaya para guru akan sangat peduli untuk meningkatkan kualitas diri.
Dan yang terpenting untuk meningkatkan mutu adalah dengan membudayakan literasi
Adanya kesatuan tekad dan kerjasama antar warga sekolah menjadi modal dasar dalam keberhasilan GLS. Siswa gemar membaca didukung fasilitas memadai. Bimbingan dan pendampingan guru dalam literasi. Karyawan juga tidak dibiarkan asyik dengan kerjanya sendiri. Bahu-membahu saling mengingatkan akan memberi energi positif dan kenyamanan.Kegiatan saling menguntungkan tanpa ada yang menyalahkan juga memberi motifasi untuk berprestasi.Dengan demikian, semboyan untuk maju bersama hebat semua tidak akan sia-sia. Beri penghargaan untuk guru yang telah berhasil mengembangkan literasi. Kehebatan guru dalam berliterasi bisa tergambar dari kemampuannya dalam mengajar dan kemampuamnya dalam menghasilkan karya, seperti PTK dan Buku.
Barakallahu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar