KALA ITU
Nak, naiklah dipunggungku
Akan kuajak kau berkeliling
Melewati jalanan setapak berbatu
Di bawah terik
.
Nak, coba tengoklah tanah hijau itu
Aku membajaknya untukmu
Agar bisa membuatmu tersenyum
Dan tertawa riang
.
Jangan tanyakan peluhku
Jangan tanyakan lelahku
Aku sama sekali tak merasakannya
Bila ada bahagiamu di pikiranku
.
Nak, jangan pernah kau bersedih
Jangan pernah kau menangis
Karena itu menyakiti perasaanku
Sedih dan tangismu adalah laraku
.
Nak, kelak jika aku tak lagi kuat
Tetaplah tangan ini kau jabat
Dampingilah aku dalam senjaku
Hingga waktu terakhirku
.
Aku pun selalu berdoa
Semoga kita selalu bersama
Dalam suka duka dunia
Hingga Jannah menjadi milik kita
.
Nak, ingatlah ....
Kisah kita ini indah
Terima kasih untuk Adamu
Aku berbahagia
***
Palu, 13 Oktober 2020
Salam literasi dari Tengah Sulawesi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Punggung orang tua yang menggendong kita, sungguh sangat nyaman. Masih terasa hingga saat ini. Puisi yang keren, Bunda...