Palu Kota Khatulistiwa

Sepagi ini saya sudah terbangun, mempersiapkan sarapan pagi sekaligus menyeduh teh hangat untuk suami tercinta.

Tak ada yang istimewa dengan sajiannya, namun karena dibuat dengan cinta, yang sederhana pun menjadi lebih nikmat. Bersama anak-anak, sarapan pun akhirnya selesai sudah.

Kami berdua adalah guru di dinas pendidikan kota palu, di mana kota katulistiwa berada. Sungguh menjadi kebahagiaan tersendiri bisa mengabdi di kota ini. Kota yang menyimpan begitu banyak memori kehidupan. Semua tersimpan dengan rapi di benak kami.

Di awal Oktober ini, mari lupakan September, bulan dengan kenangan terpahit sepanjang masa. Di mana, kota tercinta mengenyam duka yang benar-benar duka. Adanya tragedi tiga bencana yang menimpa masih membuat hati gemetar mengingatnya.

Kini, tragedi tiga bencana telah berlalu, tinggallah kita memungut asa yang masih berserakan, mengintainya kembali menjadi mimpi indah di masa depan. Meski Corona datang menghampiri kita tercinta, namun kita harus tetap optimis, semua akan kembali indah seperti sediakala.

Semoga Allah selalu menjaga dan memberi Rahmat untuk kota kami tercinta, di mana kami tumbuh dan dibesarkan. Jayalah kota palu, tunjukkan pada dunia bahwa kota yang dulu porak-poranda telah bangkit menjadi kota indah dan mempesona. Kami semua mencintaimu. Aamiin ...

***

Palu, 01 Oktober 2020

Salam Literasi dari Tengah Sulawesi