suryatmi supena

Saya adalah guru Seni Budaya di SMP Negeri 67 Jakarta. Pendidikan S1 jurusan Seni Musik. Pendidikan S2 jurusan Pendidikan Bahasa. Kedua pendidikan saya te...

Selengkapnya
Navigasi Web
TantanganGurusiana

TantanganGurusiana

Tantangan Menulis Hari ke-18

Kamis, 5 Pebruari 2020

Guruku Sayang

Aku tersenyum sendiri. Saat ini aku lagi membayangkan wajah guru yang kusayang. Guruku bu Ami yang disiplin tetapi bijak dan gaul. Ah, aku jadi kangen pada guruku itu. Beliau mengajar Seni Musik waktu aku di SMP Negeri 67 Jakarta.

Di kelas, bu Ami ngajarnya enak. Aku suka dengan cara bu Ami mengajar. Beliau dengan sabar mengajarkan pelajaran Seni Musik. Tidak marah kalau murid-muridnya banyak bertanya karena ingin tahu materi yang diajarkannya. Suka ngelawak, bercanda dan santai kalau lagi mengajar. Tapi kalau lagi ngawas ujian...aduh mak...jangan harap bisa menyontek.

Aku, Nisa bersahabat dengan Destira. Kami bersahabat dan juga bersaing sehat tuk meraih prestasi. Aku ranking 3 dan Destira ranking 2. Biasanya setiap ulangan aku ga pernah nyontek, begitupun dengan Destira. Tapi, entah setan dari mana yang membisikkan dan menggerakkan tanganku tuk menulis contekan. Anehnya kami sama-sama membuat contekan.

Hingga tiba-tiba....

"Nisa, coba lihat telapak tanganmu?"Suara bu Ami sangat marah karena melihat telapak tanganku penuh dengan tulisan pulpen yang berisi contekan jawaban ulangan. Langsung bu Ami mengambil pulpen merah dan memberi tanda -2 pada kertas ulanganku, tandanya nilai ulanganku dikurangi 2. Lalu bu Ami menyuruhku tuk membersihkan telapak tanganku. Kemudian bu Ami beralih ke Destira yang duduk di sebelahku. Destirapun akhirnya mendapat hukuman sepertiku. Nilai ulangannya dikurangi 2 dan kami sama-sama di suruh ke toilet tuk membersihkan telapak tangan masing-masing. Ketika kami tiba di kelas, teman-teman mengejekku.

"Waduh...ga ada sinyal, ga ada sinyal,"kata Aji mengejekku sambil telapak tangannya digerakkan ke kanan ke kiri seolah-olah diumpamakan seperti hp. Hmm...aku malu dan kesal pada diriku sendiri kenapa aku berbuat seperti ini.

"Wah...ko buram ya, tulisannya ga kelihatan," Andika ikut mengejekku. Aku terdiam menunduk karena malu. Kulihat bu Ami tersenyum saat itu. Beliau melihat ke arah kami. Beliau marah sesaat dan sekarang malah senyum-senyum. Dalam hati, aku malu sama bu Ami dan menyesal telah berbuat curang ketika ulangan.

"Ayo...jangan melirik ya, nanti matanya jereng," kata bu Ami dengan logat orang bule.

Tak lama kemudian...

"Nah kan, bu Ami sudah bilang jangan melirik. Sini Aditia bu Ami kasih tanda kertas ulanganmu -1 dan kamu Raja, sama ...kasih tanda juga -1 karena kalian sama-sama melirik.

"Ah, elu sih...pake ngelirik ke gw," kata Raja kesal sama Aditia.

"Elu juga sama pake ngelirik ke kertas ulangan gw," balas Aditia tak mau disalahkan.

Kulihat bu Ami tersenyum melihat tingkah lakunya Aditia dan Raja.

Kemudian bu Ami kembali mengingatkan...

"Kalau ulangan jangan berdiskusi ya, nanti bu Ami kurangi satu juga," kata bu Ami sambil tersenyum melirik temanku Farhan dan Dea. Tapi rupanya temanku tidak menggubris ucapan bu Ami hingga akhirnya kertas ulangannya diberi tanda -1.

"Yah ibuuu...cuma tanya satu soal doang ko," suara Farhan memelas. Dan bu Ami hanya tersenyum.

Bu Ami menasehati kami...

"Anak-anak, cobalah jujur mengerjakan ulangannya. Percaya deh, kalau nilai kamu bagus tapi boleh menyontek pasti rasanya hambar. Tapi kalau ulangan kalian bagus dari hasil jerih payah sendiri, tidak nyontek, maka kamu akan bahagia dan puas.

"Ah, itu kenanganku waktu bersekolah di SMP Negeri 67 Jakarta. Sekarang aku sudah lulus kuliah dan sekarang diwisuda S1 dengan predikat Cum Laude. Trimakasih bu Ami, kau telah mendidiku untuk jujur dalam segala hal termasuk tidak menyontek saat ulangan." Aku terseyum mengingat kenanganku bersama teman-temanku yang berusaha mendapatkan nilai ulangan bagus dengan cara tidak jujur alias menyontek.

"Bu Ami, guruku sayang, bagaimana kabarmu? Mudah-mudahan engkau selalu sehat dan tetap seperti bu Ami yang dulu; tegas, disiplin, sabar, dan selalu ngelawak saat mengajar yang membuat kegiatan belajar-mengajarnya jadi menyenangkan.

"I miss you bu Ami. Guruku sayang," kataku lirih sambil melangkah meninggalkan tempat wisuda bersama keluargaku. Di hati, aku bersyukur pernah dihukum bu Ami karena sekarang aku dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang tak ternilai.😊

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post