Susanah

Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung...bekerja dengan ihklas untuk menjadi berkat bagi sesama ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Andai Aku Bisa

Andai Aku Bisa

Oleh: Susanah

#Tantangan Gurusiana Hari Ke-128#

Semburat jingga di langit sore bagai lukisan di kanvas. Menenangkan hati bagi penikmat pemandangan apik dari langit. Sensasi indah selalu ditawarkan oleh langit,entah pagi saat matahari mulai menyembul atau sore hari kala matahari naik ke peraduannya. Rumi menikmatinya sambil berjalan di trotoar yang sengaja disediakan oleh pemerintah kotanya untuk memanjakan warganya yang ingin melepas penat selepas bekerja seharian. Juga memberi kesempatan pedagang kaki lima mengais rejeki dengan menggelar lapak kecil di tempat yang dikhususkan. Esok Rumi harus kembali kekota tempatnya menemukan rejeki dan juga membebaskannya dari keperihan hati.

Rumi memasuki gerai yang menyediakan cindera mata khas kotanya. Senyumnyan terukir manakala mengingat wajah para sahabatnya yang kebanyakan penghuni kubikel-kubikel di divisnya. Terbayang keributan yang selalu tercipta saat jam-jam.istirahat. Rumi yang tak lagi muda namun sahabat-sahabatnya menyukai gaya berteman Rumi. Senyum.khas Rumi yang paling mereka sukai. Antusias Rumi memilih barang sambil mencocokkan oleh-oleh mana yang cocok. Tapi teman-temannya yang sebagian besar usianya dibawah usia Rumi terlihat kalap saat dibawakan oleh-oleh. Rumi yang sering dinas luar tak pernah absen membawa oleh-oleh kendati hanya makanan khas kota yang dikunjungi.

Rumi keluar dari gerai oleh-oleh itu dengan banyak paper bag. Langkahnya menuju bangku panjang yang artistik untuk sejenak istirahat sebelum memesan takai online menuju rumah. Rumi ingin mengambil.sedikit waktu lagi untuk menikmati pemandangan kotanya di sore hari. Entah berapa lama lagi ia akan kembali ke kota yang ia sangat cintai. Namun hatinya selalu tertinggal di kota ini. Rumi masih merasa kehilangan sebagian hatinya. Perpisahan menyakitkan dengan Prakosa membuat hatinya beku untuk pria yang ingin mendekatinya. Rumi terlanjur menyerahkan hatinya untuk pria iru. Yang ia sesali adalah memberikan hatinya yang penuh cinta itu hingga 100 persen untuk Prakosa. Baginya tak ada pria lain yang ia akan cintai. Prakosa yang tampan,yang murah hati dan yang pasti mencintainya. Janji Prakosa untuk tidak akan pindah ke lain hati itu sudah cukup baginya untuk mengikat erat hatinya dan hati pria itu. Hari-harinya dipenuhi oleh Prakosa. Rumi terlanjur memyediakan cinta hanya untuk Prakosa. Semua tentang Parkosa. Hingga suatu pertemuannya dengan Sindi,ibunda Prakosa menyerakkan harapan serta cintanya. Gadis lain telah menanti Prakosa untuk dinikahi. (Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

hmmm... bersambung yaaa....

09 Jun
Balas

Iya Ibu Sari...bersambung ceritanya...salam kenal Bu..

09 Jun



search

New Post