LOVE IN FEBRUARY (Part 2)

Oleh : Susanah

#Tantangan Gurusiana hari ke-15#

Mengapa cinta mesti bergulat dengan dendam. Pertanyaan itu terus menghantuiku. Perjumpaan demi perjumpaan dengan kekasih harus bersembunyi. Predikat anak yang penurut sedikit kuingkari. Namun lebih banyak rasa bersalah. Haruskah aku mengadu kadar cintaku pada ayah bunda dengan kekasihku???Arrgh…ruwet jadinya.

Namun cinta mestilah jujur. Cinta harus berpadan dengan kebenaran. Maka kubawa pahit cintaku pergi dari hati kekasihku. “Apakah kamu menyerah dengan tantangan ini?”tanya penuh selidik dari pria yang kupacari hampir 6 bulan ini. Tak mampu kupandangi matanya. Kepalaku menunduk dan wajah serasa dipenuhi awan hitam yang menggantung di langit. Hanya sedih yang kurasa ketika menyampaikan bahwa kami harus berpisah. “Eh…aku mencintaimu,namun tak bisa aku melawan orang tua yang sangat kukasihi!’ sepenggal jawaban yang kulontarkan dengan berat hati. Nafas panjang yang dihempaskan kudengar kembali,dan itu menambah kesedihanku. Butir air sudah menggantung diujung pelupuk mataku. Aku tahu ia tak akan menerima kenyataan ini. Aku berharap ia memiliki kedewasaan yang lebih. Namun ada segumpal kecewa yang kusembunyikan. “Baiklah,kita pisah!’ucapnya putus asa. Ingin kupeluk dia namun kuurungkan tangan yang terlanjur menggantung di udara. Tak perlu aku berlebihan. Kutekan batinku dan berkata,”Jika kamu jodohku dan aku jodohmu,percayalah kita akan bersama suatu saat”. Setengah memaksa aku melanjutkan perkataan,” Dan selama itu bukalah hatimu untuk gadis lain”. Tanpa menoleh ia melangkah pergi meninggalkanku di sudut ruang perpustakaan.

Cinta akan teruji oleh waktu. Kalau harus meninggalkan demi kesuciaan cinta,maka itu harus kulakukan dibanding berjalan bersama namun terlalu banyak menyakiti orang lain. Bagiku itu adalah cinta egois. Akankah berbuah manis. Februari memang penuh kenangan dan setahun aku berpisah namun cinta masih kujaga meski raga tak pernah bersua. (Bersambung)